Sabtu, 25 Agustus 2012

lionel messi




Ganteng banget ya :D

Kisah Hidup Sang Legenda Lionel Messi

Lionel Messi lahir pada tanggal 24 Juni 1987 di Rosario, Argentina, untuk orang tua Jorge Horacio Messi (lahir 1958), seorang pekerja pabrik, dan Celia María Cuccittini, pembersih paruh waktu. keluarga-nya berasal dari pihak ayah dari kota Ancona Italia, di mana nenek moyangnya, Angelo Messi, beremigrasi ke Argentina pada tahun 1883. Ia memiliki dua saudara tua bernama Rodrigo dan Matias serta saudara perempuan bernama Maria Sol.. Pada usia lima, Messi mulai bermain sepak bola untuk Grandoli, sebuah klub lokal dilatih oleh ayahnya Jorge.Pada 1995, Messi beralih ke Boys Newell's Old yang berbasis di Rosario kotanya rumah. Pada usia 11, ia didiagnosis dengan kekurangan hormon pertumbuhan. Primera División klub River Plate. menunjukkan minat pada kemajuan Messi, tapi tidak punya cukup uang untuk membayar pengobatan, seperti biaya $ 900 per bulan. Carles Rexach, direktur olahraga Barcelona, telah dibuat menyadari bakat sebagai Messi punya kerabat di Lleida, Catalonia, dan Messi dan ayahnya mampu mengatur pengadilan. Barcelona. ditandatangani dia setelah melihat dia bermain,menawarkan untuk membayar medis tagihan jika ia bersedia pindah ke Spanyol.Keluarganya pindah ke Eropa dan dia mulai dalam tim muda klub. Ia memiliki dua saudara sepupu dalam sepak bola; Maxi dan Emanuel Biancucchi.

Perjalanan karir
Barcelona

Messi melakukan debut resmi untuk tim pertama di pertandingan persahabatan melawan Porto pada tanggal 16 November 2003 (di 16 tahun dan 145 hari). Kurang dari setahun kemudian, Frank Rijkaard biarkan dia membuat debut liga melawan Espanyol pada tanggal 16 Oktober 2004 (pada 17 tahun dan 114 hari), menjadi pemain termuda ketiga yang pernah bermain untuk Barcelona dan klub pemain termuda yang bermain di La Liga (merekam rusak oleh tim pasangan Bojan Krkic pada bulan September 2007). Ketika dia mencetak gol pertama seniornya untuk klub melawan Albacete pada 1 Mei 2005, Messi berusia 17 tahun, 10 bulan dan 7 hari tua, menjadi termuda yang pernah mencetak gol dalam pertandingan La Liga untuk Barcelona. sampai Bojan Krkic ketika memecahkan rekor ini, penilaian dari Messi membantu. Messi. kata tentang mantan pelatihnya-Rijkaard: "Aku tidak akan pernah melupakan fakta bahwa ia meluncurkan karier saya, bahwa dia memiliki keyakinan dalam diriku saat aku baru enam belas tahun atau tujuh belas. 

Sumber: http://id.shvoong.com/society-and-news/2011988-kisah-hidup-sang-legenda-lionel/#ixzz24YJFsAvb

Kisah Nabi Muhammad SAW Menjelang Ajal [KISAH NYATA]




Betapa mulia dan indahnya akhlak baginda Ya Rasulullah SAW Mengingatkan kita sewaktu sakratul maut.


Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai
umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka
taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah
dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku
dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga
bersama aku."


Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh
menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan
berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya.
Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya
dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.


"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala
itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap
menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.


Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan
detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu
Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang
terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah
kurma yang menjadi alas tidurnya.



Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak
mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah
yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani
ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,
"Siapakah itu wahai anakku?"."Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru
sekali ini aku melihatnya,"tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah
menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.Seolah-olah
bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara,
dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah,Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.


Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa
Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril
yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih
Allah dan penghulu dunia ini. " Jibril, jelaskan apa hakku nanti di
hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu.
Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu
ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan.


"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Khabarkan
kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul
Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan surga
bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata
Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.
Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah
bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang."Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."


Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau
melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada
Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih
Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar
Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya
Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan
dadanya sudah tidak bergerak lagi.


Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya."Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum -
peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di
luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali
mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii!" - "Umatku, umatku, umatku"


Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allaahumma sholli 'alaa Muhammad
wa'alaihi wasahbihi wasallim. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.


Usah gelisah apabila dibenci manusia kerana masih banyak yang
menyayangimu di dunia, tapi gelisahlah apabila dibenci Allah kerana
tiada lagi yang mengasihmu di akhirat kelak.

Kamis, 09 Agustus 2012

Kisah nyata: Su'ul khatimah (akhir yang buruk) wanita yang tak pernah shalat, mati saat sedang berdandan


Temanku berkata kepadaku, "Ketika perang teluk berlangsung, aku sedang berada di Mesir dan sebelum perang meletus, aku sudah terbiasa menguburkan mayat di Kuwait yang aku ketahui dari masyarakat setempat. Salah seorang familiku menghubungiku meminta agar menguburkan ibu mereka yang meninggal. Aku pergi ke pekuburan dan aku menunggu di tempat memandikan mayat.
Di sana aku melihat empat wanita berhijab bergegas meninggalkan tempat memandikan mayat tersebut. Aku tidak menanyakan sebab mereka keluar dari tempat itu karena memang bukan urusanku. Beberapa menit kemudian wanita yang memandikan mayat keluar dan memintaku agar menolongnya memandikan mayat tersebut. Aku katakan kepadanya, 'Ini tidak boleh, karena tidak halal bagi seorang lelaki melihat aurat wanita.' Tetapi ia mengemukakan alasannya bahwa jenazah wanita yang satu ini sangat besar.
Kemudian wanita itu kembali masuk dan memandikan mayat tersebut. Setelah selesai dikafankan, ia memanggil kami agar mayat tersebut diusung. Karena jenazah ini terlalu berat, kami berjumlah sebelas orang masuk ke dalam untuk mengangkatnya. Setelah sampai di lubang kuburan (kebiasaan penduduk Mesir membuat pekuburan seperti ruangan lalu dengan menggunakan tangga, mereka menurunkan mayat ke ruangan tersebut dan meletakkannya di dalamnya dengan tidak ditimbun).
Kami buka lubang masuknya dan kami turunkan dari pundak kami. Namun tiba-tiba jenazahnya terlepas dan terjatuh ke dalam dan tidak sempat kami tangkap kembali hingga aku mendengar dari gemeretak tulangnya yang patah ketika jenazah itu jatuh. Aku melihat ke dalam ternyata kain kafannya sedikit terbuka sehingga terlihat auratnya. Aku segera melompat ke jenazah dan menutup aurat tersebut.
Lalu dengan susah payah aku menyeretnya ke arah kiblat dan aku buka kafan di bagian mukanya. Aku melihat pemandangan yang aneh. Matanya terbe-lalak dan berwarna hitam. Aku menjadi takut dan segera memanjat ke atas dengan tidak menoleh ke belakang lagi.
Setelah sampai di apartemen, aku menghubungi salah seorang anak perempuan jenazah. Ia bersumpah agar aku menceritakan apa yang terjadi saat memasukkan jenazah ke dalam kuburan. Aku berusaha untuk mengelak, namun ia terus mendesakku hingga akhirnya terpaksa harus memberitahukannya. Ia berkata, "Ya Syaikh (panggilan yang sering diucapkan kepada seorang ustadz-red), ketika anda melihat kami bergegas keluar dikarenakan kami melihat wajah ibu kami menghitam, karena ibu kami tidak pernah sekalipun melaksanakan shalat dan meninggal dalam keadaan berdandan."
Kisah nyata ini menegaskan bahwa Allah SWT menghendaki agar sebagian hamba-Nya melihat bekas Su'ul khatimah hamba-Nya yang durhaka agar menjadi pelajaran bagi yang masih hidup. Sesungguhnya yang demikian itu merupakan pelajaran bagi orang-orang yang berakal.

Kamis, 02 Agustus 2012

Masuk Islamnya Pendeta Italia Setelah Menyaksikan Jenazah Raja Fahd


Masuk Islamnya Pendeta Italia Setelah Menyaksikan Jenazah Raja Fahd




Hidayah Allah datangnya tidak bisa diraba-raba. Apabila Allah menghendaki maka ia akan mendatangi hamba yang berbahagia itu. Demikianlah kisah seorang pendeta asal Italia.
Seorang pendeta terkenal di Italia mengumumkan masuk Islam setelah menyaksikan jenazah raja Arab Saudi, Fahd bin Abdul Aziz, untuk kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat. Hal itu terjadi setelah ia melihat betapa sederhananya prosesi pemakaman jenazah yang jauh dari pengeluaran biaya yang mahal dan berlebihan.
Sang mantan pendeta telah mengikuti secara seksama prosesi pemakaman sang Raja yang bersamaan waktunya dengan jenazah yang lain. Ia melihat tidak ada perbedaan sama sekali antara kedua jenazah tersebut. Keduanya sama-sama dishalatkan dalam waktu yang bersamaan.
Pemandangan ini meninggalkan kesan mendalam tersendiri pada dirinya sehingga gambaran persamaan di dalam Islam dan betapa sederhananya prosesi pemakaman yang disaksikan oleh seluruh dunia di pekuburan ‘el-oud’ itu membuatnya masuk Islam dan merubah kehidupannya. Tidak ada perbedaan sama sekali antara kuburan seorang raja dan penguasa besar dengan kuburan rakyat jelata. Karena itulah, ia langsung mengumumkan masuk Islam.
Salah seorang pengamat masalah dakwah Islam mengatakan, kisah masuk Islamnya sang pendeta tersebut setelah sekian lama perjalanan yang ditempuh mengingatkan pada upaya besar yang telah dikerahkan di dalam mengenalkan Islam kepada sebagian orang-orang Barat. Ada seorang Da’i yang terus berusaha sepanjang 15 tahun untuk berdiskusi dengan pendeta ini dan mengajaknya masuk Islam. Tetapi usaha itu tidak membuahkan hasil hingga ia sendiri menyaksikan prosesi pemakaman Raja Fahd yang merupakan pemimpin yang dikagumi dan brilian. Baru setelah itu, sang pendeta masuk Islam.
Sang Muslim baru yang mengumumkan keislamannya itu pada hari prosesi pemakaman jenazah pernah berkata kepada Dr al-Malik, “Buku-buku yang kalian tulis, surat-surat kalian serta diskusi dan debat yang kalian gelar tidak bisa mengguncangkanku seperti pemandangan yang aku lihat pada pemakaman jenazah raja Fahd yang demikian sederhana dan penuh toleransi ini.”
Ia menambahkan, “Pemandangan para hari Selasa itu akan membekas pada jiwa banyak orang yang mengikuti prosesi itu dari awal seperti saya ini.”
Ia meminta agar kaum Muslimin antusias untuk menyebarkan lebih banyak lagi gambaran toleransi Islam dan keadilannya agar dapat membekas pada jiwa orang lain. Ia menegaskan, dirinya telah berjanji akan mengerahkan segenap daya dan upaya dari sisa usianya yang 62 tahun in untuk menyebarkan gambaran Islam yang begitu ideal. Semoga Allah menjadikan keislamannya berkah bagi alam semesta…(istod/AH/alsofwah.or.id)
Artikel www.KisahMuslim.com

Kisah Nyata : orang Kristen yang masuk Islam dan sekarang menjadi santri di PP al-anwar Sarang


Kisah Nyata : orang Kristen yang masuk Islam dan sekarang menjadi santri di PP al-anwar Sarang


"Sampai matipun aku tidak akan pernah pindah agama!!!",


kata-kata itu sempat keluar dari mulutku. Karena memang aku tidak mau pindah agama, sebab awalnya agamaku adalah kristen protestan. Aku terlahir dalam keluarga kristen, aku tumbuh dewasa dalam suasana kristiani. Aku pernah menjadi ketua pemuda-remaja kristen di daerahku, aku juga pernah menjabat sebagai ketua mahasiswa kristen dikampusku. Bahkan aku pernah berkeinginan menjadi seorang pendeta. Sebagai aktivis gereja, aku juga menjadi penggerak atau motorik dalam perkembangan iman kristen di gerejaku, tak heran jika aku berkeinginan menjadi seorang pendeta. Yah... menjadi pendeta adalah cita-citaku, impian yang aku inginkan dari dulu. Dan seakan tubuh kristen itu sudah melekat dalam diriku. Berbagai seminar dan workshop tentang kekristenan sering aku ikuti. Semakin hari aku semakin ingin mengepakkan sayapku di bidang pelayanan gereja, mulai dari pembawa/penyampai khotbah dalam ibadah pemuda-remaja kristen, pemain musik dalam ibadah, pemimpin ibadah sampai menjadi pengurus dalam beberapa organisasi kristen. Entah bagaimana awalnya, yang pasti dulu semua itu aku percayai semata-mata hanya berasal dari tuhanku, yesus kristus.



Aku benar-benar percaya bahwa yesus-lah tuhanku, dan tidak ada tuhan selain yesus kristus. Itulah aku, dan aku bangga menyebut diriku sebagai umat kristen. Begitu banyak pengalaman suka duka dalam pelayananku, dan semua itu aku yakini menjadi jalan hidupku yang terakhir, jalan hidup dalam memeluk agama kristen. Apapun resikonya dan apapun kondisinya, aku tetap ingin menjadi orang kristen. Orang kristen yang bukan biasa-biasa saja, orang kristen yang bukan hanya KTP saja. Aku ingin menjadi tombak dalam perkembangan umat kristen, dalam pergerakan misionaris kristenisasi, itulah harapanku. Sering aku marah-marah kepada anggota keluargaku termasuk kepada orangtuaku sendiri jika mereka tidak berangkat ke gereja, aku sering memberikan motivasi kepada teman-teman kristen-ku dengan memberikan doktrin kepada mereka tentang mengapa kita harus datang ke gereja dan mengapa kita harus percaya kepada yesus kristus, bahkan aku menjadi tempat curhat dan tempat bertanya teman-temanku tentang beberapa hal dalam kekristenan. Dengan bermodalkan keyakinan, aku lakukan semua itu semata-mata karena imanku kepada yesus kristus. Dengan pelajaran saling mengasihi adalah sebagai modal dasar untuk terus bekerja melayani yesus.

Saling mengasihi, itulah yang aku pegang. Entah bagaimanapun sakitnya dan apapun resikonya, aku ingin terus melayani yesus kristus. Disamping ada bakat seni dalam diriku, tak jarang dalam suatu ibadah seringnya aku mengiringi ibadah tersebut dengan beberapa alat musik seperti keyboard, gitar dan drum. Karena ibadah tanpa nyanyian dan iringan musik seperti masak tanpa bumbu, hambar dan tak berasa apapun bagiku. "Only jesus in my heart, no matter how or what, ‘coz I just wanna live forjesus christ", itulah slogan atau motto dalam hidupku dulu. Menjadi seorang pemuda kristen yang militan dan kuat dalam segala cobaan adalah bagian dari keinginanku, seakan membuat jiwa kristen itu terus tumbuh dalam diriku. Tidak mudah memang mempertahankan kepercayaan seseorang yang telah diberikan kepadaku untuk mengemban tugas-tugas tersebut, namun aku sendiri juga tidak pernah ada niatan untuk mengundurkan diri meski terkadang timbul konflik dalam organisasi yang aku pegang. Karena aku menjalankan organisasi tersebut atas dasar kasih, dan dengan kasih tersebut tumbuh rasa ikhlas yang membuat semuanya menjadi mudah dan terlalu indah untuk ditinggalkan. "Bangga" itulah yang aku rasakan, bisa menjadi pengurus inti dan penggerak di berbagai bidang keagamaan khususnya agama kristen.
ISYAROH DARI ALLAH
Seiring berjalannya waktu, hingga aku kuliah di salah satu universitas di Malang Jawa Timur, membuat rasa ingin tahu tentang kristen itu semakin kuat. Sekuat keinginanku menjadi ujung tombak pelayanan rohani kristen, yang pada akhirnya aku ingin menjadi umat pemenang (sebutan bagi orang kristen yang percaya akan yesus kristus seutuhnya). Dengan rasa ingin tahu yang kuat, membuat aku semakin ingin mempelajari apa sih sebenarnya kristen itu. Namun disaat aku ingin mendalami tentang kristen dan ingin serius mempelajari Kristen, disaat itu pula aku mengalami isaroh dari Allah
Tahun 2005, adalah tahun dimana aku mengalami sesuatu yang sangat sulit dimengerti. Ketika itu aku tidur, tiba-tiba terdengar suara adzan yang berkumandang di telingaku. Sangat keras, seperti sebuah speaker besar tepat berada ditelingaku, sehingga membuat hati dan tubuhku bergetar mendengarnya. Suara adzan, suara yang seringkali aku dengar dari mushola atau masjid di sekitar rumahku. Suara adzan yang sama sekali tidak aku kenal dan tidak aku mengerti, tetapi pada saat mendengarkannya, seakan hatikupun ikut mengumandangkannya. Ini bukan mimpi saat tidur, tapi benar-benar nyata yang aku alami. Karena setelah aku mendengar suara adzan tersebut, aku langsung terbangun dan suara adzan tersebut masih berkumandang ditelingaku. Dalam penghilatanku seakan-akan tidak percaya, karena waktu itu waktu menunjukkan tengah malam, mungkin sekitar jam 3 malam. Yang setahuku, jam itu tidak ada adzan yang dikumandangkan. Semakin aku menolak untuk mendengarkannya, suara adzan tersebut malah semakin keras terdengar. Hatiku ingin terus mendengarkannya, namun tubuh dan pikiranku seakan menolaknya. Sepertinya hatiku memiliki jalan pemikirannya sendiri. Karena saking takutnya, tubuhku mulai gemetaran mendengarkannya. Dan aku sendiri tidak tahu, kenapa hatiku sepertinya bisa untuk mengumandangkan dan mengikuti suara adzan tersebut. Malam itu adalah malam yang sangat aneh bagiku, suara adzan yang berkumandang benar-benar mengoyakkan jalan pikiranku. Setelah kejadian itu, aku berusaha untuk melupakannya. Karena aku menyadari, aku bukan orang yang beragama Islam, aku adalah orang yang beragama kristen jadi sudah sewajarnya jika aku berusaha untuk melupakan kejadian tersebut. Tak mudah memang untuk melupakannya, karena seakan aku terus dihantui kejadian malam itu. Dengan berbagai kegiatan dan ibadah kristen, aku berusaha untuk melupakan kejadian tersebut
Tahun 2006, tahun ini adalah tahun yang sungguh membuat aku semakin merasa bingung. Suatu malam, aku tertidur seperti biasa. Sepulang mengajar komputer di salah satu SMK di tempatku, aku merasa sangat lelah sekali karena ada pekerjaan yang sangat menumpuk hingga membuat aku harus lembur. Sekitar jam 10 malam aku tiba di rumah, waktu itu aku langsung persiapan tidur, seperti bersih-bersih badan dan berdoa sebelum tidur, berdoa dengan cara kristen tentunya. Akupun tertidur, dalam tidurku aku bermimpi. Lagi-lagi ini adalah kejadian yang aneh. Seakan-akan kedua tanganku ada yang memegang, aku merasa keluar dari tubuhku sendiri. Akupun bisa melihat tubuhku sendiri, aku bisa menembus genting rumah dan aku pun bisa melihat-lihat keadaan disekitar rumahku pada malam itu. Sepi dan dingin, itulah yang aku rasakan. Semakin lama semakin aku semakin menuju keatas, tanpa kusadari ternyata aku menuju keatas langit. Bahkan terasa sesak didada karena bertabrakan dengan langit malam itu, dan seakan nafaskupun sedikit tersengal karena berada di atmosfir yang baru aku rasakan. Dalam hitungan beberapa detik, ternyata aku sudah berada diluar angkasa. Tiba-tiba terdengar suara yang merdu dan lantang, seraya berkata "Inilah matahari, inilah bulan, inilah planet, inilah bintang dan lihatlah kebawah, itulah bumi...", dan memang benar, yang dihadapanku memang semua yang disebutkan tersebut. Aku bisa melihat dengan jelas bagaimana matahari, bulan, planet-planet, bintang dan bumi. Lalu muncul pertanyaan dalam hatiku, kenapa bumi ada dibawah. Ingin rasanya memalingkan kepalaku, dan ingin melihat siapa yang memiliki suara indah dan merdu itu, namun aku seperti terkunci, tidak bisa bergerak kemana-mana. Yang aku lihat hanyalah sinar yang sangat terlihat terang dari belakangku. Setelah itu, terdengar suara lagi, "Akulah Tuhanmu, Aku adalah satu, Tuhan Yang Maha Esa...". Sungguh sangat sulit dimengerti memang, meski sebenarnya aku sangat sulit untuk menggambarkan bagaimana suasana malam itu
Kemudian aku dibawa turun, dan tangankupun dipegang lagi. Saat melintasi langit, aku pikir langsung menuju ke tempatku semula atau kembali ke tubuhku, namun ternyata tidak, aku diajak terbang ke arah barat. Ternyata aku sudah berada di atas Mekkah hanya dalam hitungan beberapa detik saja, dari atas langit kulihat beribu-ribu orang mengitari sebuah bangunan kotak hitam, yang sekarang aku sudah tahu bangunan itu adalah Ka'bah. Aku benar-benar diatas orang-orang tersebut, mereka seperti semut karena begitu banyaknya. Karena penasaran, dalam hatiku, aku ingin sekali turun ke bawah, namun langsung ada suara lagi berkata : "Sekali-kali kamu tidak boleh menyentuh tanah disitu, kamu hanya boleh menyentuh kepala orang-orang disitu", kemudian aku mengangguk. Selang beberapa detik setelah aku mengangguk, aku sudah berada di atas kepala orang-orang yang dibawahku tadi. Kemudian aku berjalan mengitari Ka'bah dengan berjalan diatas kepala orang-orang tersebut. Dalam mimpiku, aku masih agak bingung juga karena pada saat aku berjalan di atas kepala orang-orang tersebut dalam pikiranku pasti akan terjatuh tapi ternyata tidak, yang ada malah orang-orang tersebut mempersilahkan kepalanya untuk kuinjak. Sepertinya mereka membentuk sebuah barisan agar aku bisa melewati diatas kepalanya dan sepertinya mereka sudah tahu kalau aku akan datang. Karena sebagian ada yang senyum kepadaku, ada yang melihatku dengan tatapan tajam, ada yang melihatku dengan tatapan lembut. Kemudian aku mengitari Ka'bah. Karena penasaran, aku ingin masuk ke dalam Ka'bah. Aku tidak bicara apa-apa, tapi hatiku yang berbicara. Tiba-tiba, pintu di Ka'bah tersebut terbuka pintunya ke arah kiri dan kanan secara perlahan-lahan yang sebenarnya aku tidak tahu bagaimana bentuk dan letak posisi pintu Ka'bah yang sebenarnya. Dan dalam hitung detik aku sudah berada di dalam Kabah. Yang aku lihat adalah kaligrafi yang mengelilingi tembok yang sekarang aku sudah tahu kaligrafi itu adalah kaligrafi tulisan arab. Tulisannya besar dan bercahaya, berwarna emas terang benderang. Yang keindahannya tak dapat ku sampaikan dengan tulisan. Aku terkagum-kagum melihat keindahan tulisan tersebut. Kemudian aku melihat-lihat di sekelilingku, ternyata ada yang lebih menarik lagi. Ada tumpukan mutiara yang berbentuk seperti gunung, ada tumpukan emas batangan yang berjejer rapi dan menggunung, ada setumpuk perhiasan yang cahayanya terang benderang yang bentuknya seperti gunung juga, kemudian ada kursi emasnya juga tapi aku tidak tahu kursi apa itu. Tanpa kusadari, ternyata lantai yang aku injak sangatlah berbeda dengan lantai-lantai yang biasa. Lantainya benar-benar berkilau bak mutiara yang cahayanya tak bisa terbayangkan banyaknya. Sebenarnya aku sulit mengutarakan keindahan yang terjadi pada waktu itu, namun aku ingin menceritakan semampuku dalam mengingat kejadian tersebut. Tak lama kemudian aku terbangun dari tempat tidur. Ku lihat jam sekitar 02.00 dini hari. Aku terus terbayang-bayang akan mimpi tersebut, apakah artinya, adakah petunjuk di dalam mimpi tersebut, gerangan apakah yang berbicara dalam mimpiku tadi, begitu banyak pertanyaan yang muncul dalam benakku. Entah mimpi atau bukan, yang pasti kejadian ini benar-benar seperti nyata. Sebenarnya masih ada banyak lagi kejadian yang aku alami pada waktu mimpi ini. Tapi yang pasti secara garis besar, inilah yang aku alami
Tahun 2008 - 2009, adalah tahun yang semakin memberikan titik terang, salah satunya adalah dalam mimpiku aku selalu di datangi seorang lelaki tua, berjenggot, tinggi besar, hidung mancung, memakai baju putih seperti jubah, memakai sorban di kepalanya serta membawa tasbih. Dari kejadian ini aku terus berfikir, kenapa sosok orang tua tersebut sering muncul dalam mimpiku. Dan pakaian yang beliau kenakan juga tidak pernah berubah, selalu sama dengan mimpi-mimpiku sebelumnya. Lelaki tua disini bukan lelaki yang sudah tua renta dengan mamakai tongkat ditangannya, akan tetapi seorang lelaki yang sudah cukup tua dengan badan tegap, tinggi dan berbadan besar. Hidungnya mancung, kulitnya putih bersih, memiliki mata yang indah dan tajam tapi tetap terlihat lembut.
Ada dua mimpi dari beberapa mimpi yang lain yang membuat aku tak bisa melupakannya. Yang pertama suatu malam aku bermimpi berada disebuah tanah lapang yang tak ada seorangpun disekitarku. Yang kulihat hanyalah kabut putih yang membuat samar penglihatanku, seakan sunyi sepi dan tak berpenghuni. Namun saat aku melihat disekeliling tempat tersebut, ada sesosok lelaki tua yang memakai baju putih, dan benar lelaki tua tersebut adalah orang tua yang sering muncul dalam mimpiku. Beliau tersenyum padaku, sambil membawa baju di kedua tangannya. Beliau mendekat padaku, sehingga aku bisa jelas melihat wajahnya dalam mimpi, meskipun begitu aku tidak tahu kenapa kalau di dunia nyata seperti ini aku tidak bisa mendiskripsikan bagaimana wajah dan paras orang tua tersebut. Beliau mendekat padaku, kemudian beliau mengulurkan kedua tangannya. Di masing-masing tangan terdapat baju, disebelah kiri ada baju yang berwarna hitam atau merah kehitaman, aku sudah agak lupa yang pasti baju tersebut berwarna gelap, kemudian tangan yang disebelah kanan terdapat baju yang berwarna putih. Beliau tidak berkata apa-apa, hanya menatapku tajam dan seakan menyuruhku untuk memilih baju tersebut. Kemudian aku sempat berfikir, baju yang mana yang harus aku pilih, beliau tidak menyuruhku untuk memilih yang sebelah kiri ataupun kanan, beliau menyuruhku untuk memilih sendiri dan memberikan kebebasan untukku. Aku sempat memandang wajahnya, begitu lembut dan mententramkan hati, tak bisa kuceritakan bagaimana wajahnya, yang pasti saat melihat wajahnya ada kepuasan yang belum pernah aku dapatkan, ada ketenangan yang kurasakan. Kemudian aku melihat kedua baju tersebut, aku bingung harus pilih yang mana. Kulihat orang tua tersebut menungguku dengan sabar, seakan beliau memberikan kebebasan kepadaku baju mana yang akan pilih dan tak ada rasa kesal atau marah saat beliau menungguku untuk memilih baju yang berada tepat dihadapanku. Entah kenapa, dalam hatiku ingin sekali memilih baju yang berwarna putih. Akhirnya aku mengambil baju yang berwarna putih yang berada ditangan kanan orang tua tersebut. Dan saat kupegang, tiba-tiba baju tersebut menyala. Semakin kupegang semakin menyala, dan timbul rasa penasaran dalam hatiku, kemudian aku langsung mengambil dan memakainya. Ternyata baju putih yang aku pakai tersebut menyala seperti lampu terang benderang dan memancarkan sinar putih hingga menerangi sekitarku. Sekitarku yang awalnya sunyi sepi dan berkabut putih, seketika berubah menjadi terang benderang karena sinar yang muncul dari bajuku. Aku pernah melihat film-film yang menceritakan seorang putri/putra raja yang mendapatkan jubah kebesaran atau mahkota raja dan putri/putra raja tersebut langsung berputar-putar karena bahagia, begitu juga denganku, saat aku memakai baju tersebut aku begitu bahagia, aku langsung berputar-putar sambil tertawa bahagia. Perasaanku waktu itu sulit untuk aku ceritakan, karena ada rasa kebahagiaan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Benar-benar luar biasa, baju yang awalnya biasa-biasa saja yang hanya berwarna putih biasa langsung berubah bercahaya dan memancarkan sinar yang terang benderang, padahal pada waktu itu mimpi, namun aku sendiri sulit mempercayai bahwa itu adalah mimpi karena benar-benar terasa nyata bagiku. Karena terlalu bahagia, aku sampai lupa dengan beliau yang tadi memberikan baju tersebut. Saat kusadari, ternyata beliau sudah tidak ada didepanku. Kulihat disekelilingku namun tak kutemukan sosok beliau lagi. Namun yang aku ingat adalah, saat aku memilih baju warna putih yang berada ditangan kanan beliau, hal terakhir yang aku lihat adalah beliau tersenyum padaku. Senyumnya begitu lembut, seakan lelaki tua itu juga bahagia karena aku memilih baju putih tersebut. Inilah mimpiku yang sebenarnya sulit untuk aku mengerti, karena kejadian di alam mimpi tersebut seakan benar-benar nyata. Namun aku tidak pernah menceritakannya kepada siapapun, karena takut tidak ada yang percaya. Mimpi ini aku alami pada tahun 2008
Mimpi yang kedua adalah aku bermimpi bertemu dengan orang lelaki tua itu lagi dan lelaki tua tersebut masih tetap mengenakan pakaian yang sama, mimpi ini aku alami pada pada tahun 2009. Suatu malam aku bermimpi, aku berada didalam suatu rumah. Rumah tersebut begitu bersih dan indah, meja kursi serta korden penutup cendela tertata dengan rapi, lantai dan temboknya terlihat begitu bersih dan terawat. Akupun melihat-lihat isi rumah tersebut, ternyata seperti rumah pada umumnya. Ada ruang tamu, kamar tidur, dapur, hiasan dinding dan lain sebagainya. Aku berfikir dalam mimpi, rumah siapakah ini? Disaat aku sibuk dengan pertanyaan-pertanyaanku sendiri, terdengar suara ada yang mengetok pintu dari luar. Aku agak takut, kok ada yang mengetok pintu padahal aku tidak tahu rumah siapakah ini. Kemudian dengan mengumpulkan keberanian, akupun berusaha memberanikan diri untuk membuka pintu tersebut. Dan ternyata yang mengetuk pintu itu adalah lelaki tua yang sering kali muncul dalam mimpiku. Aku langsung tertunduk, dan beliaupun melihatku dengan tatapan yang sangat tajam. Aku seperti masih sulit untuk mempersilahkan beliau masuk, namun beliau begitu sabar menunggu didepan pintu sambil berdiri. Aku seperti sulit untuk mempersilahkan beliau untuk masuk ke dalam rumah. Kemudian aku beranikan diri untuk memandang wajahnya kembali, dan aku tak bisa berkutik sedikitpun saat aku memandang wajahnya. Mungkin aku benar-benar terpesona memandang wajahnya, karena wajahnya benar-benar seperti lembut dan enak dipandang. Begitu halus dan bersih, wajahnya putih bersih, kulitnya begitu indah, pakaian yang beliau pakai begitu halus dan indah, putih bersih itu yang terlihat. Entah seperti apa aku harus menceritakan bagaimana sosok beliau, karena benar-benar aku tak bisa menceritakan secara gamblang dan detail. Karena apabila dilihat dengan jelas, ternyata kulit dan pakaian yang beliau pakai memancarkan sinar, meski tak begitu terang benderang, namun dapat terlihat ada cahaya yang muncul dari kulit beliau. Selang beberapa lama, akupun mempersilahkan beliau masuk ke dalam rumah, seperti orang-orang jawa biasanya, aku mempersilahkan dengan mengacungkan jempolku tanda untuk mempersilahkan beliau masuk. Beliau pun tersenyum padaku sambil berjalan masuk ke dalam rumah, dan beliaupun langsung duduk di kursi yang sudah ada. Aku pun menyusul beliau untuk duduk, dan kamipun duduk secara berhadap-hadapan. Beliau duduk dikursi yang panjang, dan aku duduk di kursi yang pendek. Aku tidak berani melihat beliau, akupun hanya tertunduk diam. Beliaupun tak berkata-kata satu katapun. Jadi kondisinya kami berdua saling diam. Beliau memandangku dengan tajam, akan tetapi aku tak berani memandang beliau. Namun aku bisa merasakan, bahwa tatapan beliau adalah tatapan sayang, seperti tatapan seorang ayah yang sedang melihat anaknya. Dan akupun merasakan bahwa beliau masih tetap tersenyum padaku, padahal aku menunduk saat itu dan tidak memandang wajahnya, namun aku bisa tahu bahwa beliau tersenyum padaku. Beliau masih tetap tak berkata apapun juga dan hanya tersenyum melihatku. Kemudian aku terbangun dari tidurku. Inilah mimpiku yang tak bisa aku lupakan hingga saat in
Dari kejadian-kejadian tersebut, membuat aku semakin penasaran dan semakin ingin tahu apakah maksud dari suara adzan dan mimpi-mimpiku. Kemudian aku mencoba bertanya kepada orang yang ahli di bidang agama Kristen tentang hal tersebut, namun seakan jawaban yang aku terima tidak memberikan rasa puas bagiku. Masih ada sesuatu yang tidak aku mengerti, bahkan aku ingin mencoba mencari jawaban yang lain. Aku tidak berani sembarangan memilih orang untuk aku menceritakan tentang hal yang aku alami ini. Makanya aku terus berusaha untuk mencari orang yang tepat kepada siapa aku harus bercerita tentang yang aku alami tersebut. Kemudian aku menemukan salah satu orang yang memang hatiku seakan ingin sekali menceritakan kepada beliau, beliau adalah salah orang yang paham dan mengerti tentang agama Islam, sebagai salah satu tokoh agama di daerah beliau, beliau juga menjadi salah satu penggerak atau motorik dalam perkembangan agama Islam di daerah beliau. Beliau adalah salah satu anggota dari keluarga angkatku, karena memang sebelum aku pindah agama, aku memiliki keluarga angkat. Dan keluarga angkatku ini adalah beragama Islam semua, namun diantara kami tidak ada dinding pemisah, karena kami saling menyayangi dan menghormati. Hanya agama kami saja yang berbeda, selebihnya aku sudah seperti keluarga sendiri layaknya orang tua dan anak. Kemudian singkat cerita, secara perlahan-lahan aku mencoba menceritakan kejadian-kejadian yang aku alami secara detail kepada beliau, dan tidak hanya yang aku ceritakan dalam tulisan ini, namun juga beberapa kejadian lainnya yang aku alami. Saat pertama kali beliau mendengar ceritaku, beliau sangat kaget. Bahkan beliau seakan tidak percaya, beliau juga sempat berkata : "Masyaallah..., Subhanallah..., apa yang kamu alami benar-benar adalah hidayah dari Allah. Bahkan saya sendiri yang bertahun-tahun menjadi Islam belum pernah mengalami seperti yang kamu alami. Memang Alloh-lah yang berkendak atas segala sesuatunya...", dari apa yang beliau katakan tersebut, membuat aku kembali berfikir, ternyata apa yang aku alami ini adalah sesuatu yang tidak biasa, bisa dibilang tidak semua orang mengalami apa yang aku alami. Dari beberapa penjelasan beliau, aku mencoba merenungkan dan mencoba untuk memahaminya. Entah kenapa saat beliau menerangkan kejadian-kejadian yang aku alami, aku benar-benar merasa puas. Namun aku tetap saja bertahan dengan keegoisanku, yang seakan mengenyampingkan keterangan dari beliau. Karena memang jelas sekali bahwa beliau memberikan penjelasan bahwa semua yang aku alami tersebut dari Allah swt, dan itu adalah sebuah petunjuk untukku, agar aku bisa berjalan dijalan yang benar, yaitu di jalan Islam, apalagi setelah beliau berkata : "InsyaAllah, apa yang kamu alami adalah benar-benar dari Allah, dan Allah ingin kamu tahu, bahwasannya kamu diberikan isaroh untuk menjadi seorang Muslim yaitu dengan menjadi Mualaf", aku tahu apa maksud dari mualaf, karena dulu aku pernah kenal dan tahu dengan kata-kata mualaf. Aku berontak, karena aku sudah menjadi kristen lebih dari 15 tahun. Bagaimana mungkin aku menjadi mualaf hanya karena kejadian - kejadian tersebut, sangat bodoh bagiku. Itu yang aku alami saat itu dan aku tidak ingin mencari jawaban dari kejadian-kejadian yang alami lagi. Karena sudah jelas, apabila aku mencari jawaban kembali, jawaban yang aku dapatkan adalah jawaban yang mengajak aku untuk menjadi mualaf. Bagi orang lain mungkin mudah untuk mengatakannya, tapi bagiku itu adalah sesuatu yang sangat berat. Aku hidup dan berkembang dalam lingkungan kristen, jiwa kristen itu sudah terus bertumbuh dalam diriku dan aku tidak mungkin meninggalkan kristen begitu saja. "Apa kata dunia???!!!", dalam hatiku berkata demikian karena memang aku benar-benar merasa tidak mungkin meninggalkan kristen. Seiring berjalannya waktu, membuat aku semakin tak mengerti, ada perang bathin yang aku rasakan. Bagaimana perang bathinku ini, tidak bisa aku jelaskan dengan kata-kata. Karena memang yang aku rasakan begitu sulit dan sangat tidak masuk akal bagiku waktu itu, aku terus saja dihantui rasa bersalah karena kenapa aku bertanya kepada orang tersebut. Tapi ada satu hal yang membuat aku tak mengerti, semakin aku ingin menjauhi perasaan pindah agama, hatiku terus ingin menuju kesana. Aku berperang dengan hatiku sendiri, dan itu membuat sangat tidak nyaman. Saat aku beribadah kristen pun, aku merasa ada yang kurang. Hatiku sudah menolak dengan beberapa liturgi (jalannya suatu ibadah kristen) yang aku ikuti ataupun yang aku pimpin. Hatiku seakan mempunyai jalan pikirannya sendiri, yang pada akhirnya aku terus berperang dengan kata hatiku. Bingung dan penat, itu yang aku alami. Karena memang aku merasa ada sesuatu yang harus aku temukan, harus ada sesuatu yang aku dapatkan. Tapi tidak mungkin aku menjadi Islam, karena latar belakangku saja adalah aktivis gereja, sangat tidak mungkin sekali aku menjadi mualaf. Ditambah aku adalah Ketua Mahasiswa Kristen dikampusku, apa kata teman dan dosenku apabila aku menjadi mualaf, pasti sangat memalukan sekali. Setiap malam aku terus saja berperang dengan kata hatiku, dan seakan aku ingin teriak sekencang-kencangnya karena aku sudah tidak kuat. Akibat dari perang bathin tersebut aku malah merasa sudah menjadi seorang yang atheis (tidak percaya adanya Tuhan), karena sekitar 2 minggu aku terus saja tidak ingin berdoa apapun dan tidak ingin beribadah apapun. Aku benar-benar meninggalkan kegiatan ibadah apapun. Dan itu sangat menyakitkan bagiku
Singkat cerita, pada suatu malam, tepatnya pada hari Jum'at pukul 01.00 WIB dini hari, seperti ada yang membangunkan aku, sangat terasa sekali ada yang seperti menyentuhku dan membangunkan aku dari tidur. Kemudian aku terbangun dari tidur, aku pikir salah satu keluarga angkatku yang membangunkan aku karena waktu itu aku tidur dirumah keluarga angkatku. Namun saat aku terbangun, ternyata tidak ada siapa-siapa. Aku sempat kaget dan langsung merinding, karena sangat aneh bagiku kejadian tersebut. Disaat aku sibuk dengan pikiranku sendiri, siapakah yang membangunkan aku tadi, tiba-tiba ada suara yang lembut dan sangat menggetarkan hati berkata : "Islam adalah agama yang benar, Islam adalah agamamu. Apa salahnya kamu pindah Islam? Karena sesungguhnya Islam adalah baik bagimu", saat aku menulis inipun, aku kembali merinding apabila mengingat kejadian tersebut. Waktu itu hatiku sungguh merasa tenang mendengarkan suara yang lembut tersebut, namun sebenarnya aku sangat kaget dan sangat takut, karena ada suara namun tidak ada orangnya. Kemudian suara itu berkata, "Bangun dan ambillah wudhlu. Karena itu baik bagimu", kemudian aku terbangun dari tempat tidurku dan pergi kekamar mandi, waktu itu aku sebenarnya bingung kenapa aku seperti menuruti suara tersebut, namun memang sebenarnya hatiku yang menggerakkan agar pikiran dan tubuhku untuk mengikuti suara tersebut. Setelah dikamar mandi aku kembali dihadapkan dengan pertanyaan, bagaimana caranya ber-wudhlu, karena aku benar-benar tidak tahu. Selang beberapa detik, suara lembut itu muncul kembali seraya berkata, "Bersihkanlah wajah, tangan dan kakimu dengan air, sebagaimana yang sudah kamu ketahui", mendengar suara tersebut, aku langsung teringat sebuah tayangan di televisi, apabila adzan maghrib, tayangan tersebut menampilkan orang-orang yang ber-wudhlu, meski tidak semua ditayangkan, namun aku masih ingat apa saja yang harus dibersihkan. Kemudian aku membasuh wajah, tangan dan kaki, yang sebenarnya aku tidak tahu sama sekali bagaimana caranya ber-wudhlu, hanya saja aku yakin sekali bahwa apa yang aku lakukan adalah benar. Setelah ber-wudhlu aku kembali ke tempat tidur, aku bingung mau apa lagi. Kemudian suara tersebut muncul kembali, "Berdoalah kepada Allah, sebagaimana orang Islam berdoa. Mintalah kepada Allah apa yang ada dalam hatimu, karena sesungguhnya Allah melihatmu sekarang ini dan Allah tahu apa yang kamu lakukan, karena Allah menunggumu", setelah itu aku mencoba untuk duduk dengan keadaan kaki seperti bersujud, rasanya ingin sekali sholat, namun karena aku tidak bisa sholat, aku hanya duduk lalu melakukan sujud 3 kali seperti orang sholat yang pernah aku lihat. Setelah sujud 3 kali, kemudian aku menengadahkan tanganku, sambil berdoa : "Ya Allah, inilah hamba, apa adanya hamba, hambamu yang penuh dengan dosa ini, mengharapkan kasih sayang dariMu. Jika memang Engkau mengijinkan hamba mualaf, berikanlah kesempatan kepada hamba untuk melakukan syahadat sekarang ini juga, namun jika Engkau tidak menginginkan hamba mualaf, ambillah nyawa hamba sekarang juga, daripada hamba hidup dalam keadaan yang lebih berdosa karena tidak beragama dan tidak bertuhan, amin.", dengan air mata yang terus mengalir, aku sendiri sebenarnya bingung kenapa aku bisa berdoa seperti itu, namun itu yang ada dalam hatiku dan memang itu yang ingin aku sampaikan. Aku tahu kata "syahadat" dari salah satu anggota keluarga angkatku, namun beliau tidak memberikan isi atau mengajarkan kalimat syahadat bagiku. Yang hanya disampaikan, bila ingin masuk Islam, harus membaca kalimat syahadat. Jadi pada intinya aku sama sekali tidak bisa membaca kalimat syahadat, itu saja. Tapi malam itu, aku sangat yakin sekali untuk membaca syahadat. Karena rasa keyakinanku tersebut, selang beberapa detik setelah aku berdoa, ada suara yang muncul kembali berkata, "Syahadat-lah, Karena sesungguhnya syahadatmu itu dari hatimu", kemudian suara tersebut berkata kembali, "Asyhadu An-Laa Ilâha Illallâh, wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh", kemudian aku pun mengikuti suara tersebut secara perlahan-lahan dan berulang-ulang kali, suara tersebut tidak hanya terdengar satu kali, namun beberapakali muncul hingga aku bisa membaca syahadat sendiri dengan hati dan mulutku sendiri, dengan penuh keyakinan akupun berkata : "Asyhadu An-Laa Ilâha Illallâh, wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh". Setelah aku membaca kalimat syahadat tersebut, aku langsung merasa puas, lega dan tenang. Aku seperti merasakan sesuatu yang baru, sesuatu kebahagiaan yang belum pernah aku rasakan, seakan semua beban dalam hidupku seperti hilang begitu saja, seperti tidak ada masalah dan tidak ada beban hidup yang aku rasakan. Benar-benar perasaan yang tidak dapat terkatakan. Kemudian sekitar pukul 08.00 WIB pagi aku berkata kepada keluarga angkatku, bahwasannya aku siap menjadi mualaf, namun aku tidak menceritakan kejadian tadi malam yang aku alami. Semua anggota keluarga angkatku langsung menangis histeris dan langsung memelukku dan menciumiku, semua terasa bahagia waktu itu. Kebahagiaan yang tidak dapat kugambarkan dengan tulisan, karena tangisan mereka adalah tangisan bahagia yang sungguh sangat menggetarkan hati. Kemudian aku disuruh untuk mandi taubat, dengan diberitahukan cara-caranya. Setelah mandi aku diajarkan untuk berwudhlu, dan setelah wudhlu aku diberi sarung dan baju koko. Dimana sarung dan baju koko adalah pakaian Islam yang baru pertama kali aku pakai, dan kemudian keluarga angkatku menyuruhku untuk mengikuti setiap apa yang dilakukan nanti, maksudnya aku harus mengikuti gerakan-gerakan sholat apabila dimasjid nanti, karena aku akan diajak sholat Jum'at. Setelah itu aku diajak ke sebuah masjid yang ternyata masjid tersebut sudah lumayan penuh dengan jama'ah sholat Jum'at. Awalnya aku takut untuk masuk masjid, karena seakan prosesnya terlalu cepat bagiku, aku yang baru saja masuk Islam barusan, tiba-tiba sudah harus masuk ke dalam masjid, yang notabene-nya adalah tempat ibadah yang baru kenal. Namun aku tetap diajak untuk masuk dan duduk serta mengikuti gerakan-gerakan sholat Jum'at. Setelah sholat Jum'at, kemudian anggota keluarga angkatku tersebut maju kedepan dan membisikkan sesuatu kepada orang yang menjadi pemimpin sholat Jum'at, kemudian beliau memberikan pengumuman bahwa ada seorang yang mualaf, semua jama'ah bingung, toleh sana toleh sini, karena bingung siapa yang menjadi mualaf. Kemudian namaku disebut, dan aku disuruh maju. Dengan didampingi keluarga angkatku, akupun memberanikan diri untuk maju kedepan. Kemudian didepan para jama'ah aku diajak untuk mengucapkan kalimat syahadat kembali, dengan berlinangkan air mata, semua para jama'ah pun ikut dalam suasana yang sangat luar biasa bagi mereka siang itu. Semua para jama'ah menangis, bahkan sampai ada yang tersedu-sedu karena melihatku akan mengucapkan kalimat syahadat. Kemudian aku dibimbing untuk membaca kalimat syahadat, "Asyhadu An-Laa Ilâha Illallâh, wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh". Setelah aku mengucapkan kalimat tersebut, semua para jama'ah maju kedepan dan memberikan ucapan selamat, tak sedikit juga yang merangkulku, semua terbawa suasana waktu itu, isak tangis yang mengiringi jabat tangan kami, akupun tidak kuat menahan air mata. Sungguh benar-benar kejadian yang luar biasa bagiku, aku seperti hidup baru, dan aku pun seperti lahir baru dan seolah-olah baru terlahir di dunia ini. Entah bagaimana untuk menggambarkan suasana waktu itu, namun tak perlu aku menggambarkan suasana tersebut, aku yakin para pembaca sekalian pasti paham dengan keadaan suasana tersebut. Hari itu adalah hari yang berharga bagiku, bahkan menjadi hari yang luar biasa bagiku. Hari yang menjadi awal dan pertama kali aku masuk Islam, hari yang pertama kali aku memakai sarung dan baju koko, hari yang pertama kali aku belajar wudhlu dan belajar sholat. Sungguh sangat istimewa bagiku. Hari itu adalah Hari Jum'at tepatnya tanggal 24 Juli 2009 / 2 Syaban 1430 H. Hari yang tak kan pernah ku lupakan seumur hidupku
And I would like to say, "that day is the best day I ever had" atau hari itu adalah hari yang terbaik yang pernah aku alami atau aku miliki. Dan sungguh awal yang sangat indah sekali, Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk menjadi mualaf pada hari Jum'at, yang sekarang aku telah tahu bahwa hari Jum'at adalah hari yang istimewa bagi umat Muslim. Dan alhamdulillah sekarang aku adalah seorang yang beragama Islam, dan aku bangga menjadi orang Muslim. Inilah sebagian cerita hidupku yang menjadi salah satu alasan kenapa aku pindah agama. Cerita hidup dari seorang hamba Allah, yang sebenarnya tidak layak untuk menjadi hamba-NYA karena aku sadar, bahwa hidupku sangatlah berdosa dan sangatlah hina, aku bukan siapa-siapa, dan akupun bukan keturunan dari pembesar-pembesar atau tokoh-tokoh yang besar. Namun aku yakin, bahwa semua itu adalah skenario dari Allah, dan sesungguhnya Allah tahu yang terbaik bagi setiap ummat-NYA serta Allah berhak kepada siapa Allah akan memilih untuk menjadi ummat-NYA. Dan kini, Islam adalah jalan hidupku yang terakhir, tak akan pernah kugantikan jalan hidupku ini dengan apapun juga. Seperti ada tertulis : "............................. Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus" ((Terjemahan dari QS. Al Baqarah : 142 ))
Kini, aku berada ditempat ini, disebuah daerah yang bernama Sarang, sebuah daerah yang baru aku kenal dan aku pijak sekarang ini, tempat yang begitu banyak menampilkan berbagai kegiatan islami, tempat dimana ajaran Islam ditegakkan dan disyi'arkan dengan berbagai bedah ilmu Islam, Lembaga Pendidikan serta adanya beberapa ulama besar yang salah satunya adalah seorang syaikina yang patut menjadi panutan yang sudah diakui oleh dunia, KH. Maimoen Zubair. Aku merasa menemukan ilmu yang sudah sepatutnya aku pelajari, bahkan aku merasa, hakikatnya mencari ilmu adalah di sini. Tempat yang sebenarnya baru aku kenal, namun aku sepertinya tidak ingin meninggalkan tempat ini. Tempat dimana orang menyebutnya sebagai Kota Santri atau Kaum Sarungan, dengan ilmu salaf yang diajarkan, aku merasa "tepat" berada disini. Pun juga sebenarnya ada cerita tersendiri mengapa aku bisa sampai ditempat ini. Sungguh rahasia Allah yang sulit untuk aku mengerti, namun aku tak perlu tanya mengapa, karena semua ini adalah bagian dari rencana Allah dalam hidupku. Meskipun semua anggota keluargaku masih beragama kristen. Namun alhamdulillah sekarang anggota keluargaku sudah mau menerimaku dalam keadaan Islam. Dan semoga merekapun mendapatkan hidayah seperti yang aku alami, amin
Aku ingin belajar, aku ingin mencari ilmu serta aku ingin mendalami ilmu Islam yang sebenar-benarnya. Dengan mengikuti salah satu Lembaga Pendidikan di PP. Al-Anwar Sarang, aku ingin belajar agama Islam dasar, meski awalnya sulit, namun aku yakin aku pasti bisa. Lembaga Pendidikan yang baru aku kenal dengan nama LP. Muhadhoroh, dan berada disalah satu kelasnya dengan sebutan SP, sungguh sangat menorehkan semangat tersendiri bagiku. Meski terasa lucu, karena semua teman-temanku umurnya jauh dibawahku, namun tak mengapa bagiku. Karena sesungguhnya teman-teman kecilku itu telah memberikan warna yang indah dalam coretan pena cerita hidupku, dan kini mereka menjadi salah satu semangatku untuk belajar. Meski setiap hari harus menahan marah dan jengkel karena sikap mereka yang terkadang diluar batas, seperti kenakalan mereka, keramaian mereka didalam kelas, namun sebenarnya mereka sudah menjadi bagian dalam hidupku. Berada dikelas SP, sudah menunjukkan siapa aku yang sebenarnya, seseorang yang ingin belajar Islam dari dasar. Karena aku tahu, mencari ilmu tidak pandang usia dan latar belakang, yang ada hanya keinginan yang kuat dan kesempatan. Teman-teman kecilku, aku bangga kepada kalian dan sesungguhnya keberadaan kalian adalah semangatku saat ini. Disaat aku jenuh dengan aktifitas dan pekerjaanku, karena tingkah laku kalian yang lucu, seakan kejenuhanku itu hilang begitu saja disaat aku bersama mereka. Terimakasih teman-teman kecilku, kalian sudah menjadi teman dalam hidupku yang tak mungkin aku lupakan. Dan mari kita bersama-sama belajar untuk memahami dan memaknai kehidupan dengan ilmu Islam yang kita pelajari saat ini
Inilah cerita hidupku, mualaf, yang semata-mata cerita ini bukan untuk sesuatu yang dibangga-banggakan untuk kesombongan, namun tulisan ini aku buat untuk mensyi'arkan kabar baik, tentang kebaikan dan kebesaran Allah swt. Semoga saja tulisanku ini bermanfaat dan dapat memberikan nilai tersendiri bagi setiap pembaca sekalian, amin

pendeta masuk islam


Murtakibudz Dzunub - Cerita ini nampaknya sudah lama tetapi saya masih hendak ambil sebagai catatan untuk mereka yang belum mengetahuinya. Subhanallah, satu gereja masuk Islam gara-gara seorang pemuda Islam di Amerika

Sebuah kisah nyata yg terjadi di negerinya Paman Sam. Patut kita ambil hikmahnya, diantaranya :

1. Kebenaran Islam yang nyata,
2. Sangat beratnya timbangan kalimat syahadat,
3. Pentingnya bagi pemuda Muslim untuk menuntut ilmu,
4. Dsb.

Simak saja kisahnya…

Satu gereja masuk Islam benarkah? Semoga ALLAH mengijinkan kita menjadi pemuda seperti beliau, Amiiin….. Kisah Nyata Seorang Pemuda Arab Yang Menimba Ilmu Di Amerika Rabu, 22 Februari 06 Ada seorang pemuda arab yang baru saja me-nyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika.Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam.

Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gerejayang terdapat di kampung tersebut.Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja. Semula ia berkeberatan, namun karena ia terus mendesak akhirnya pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka.

Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan lantas kembali duduk. Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, “Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini.” Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, “Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya.” Barulah pemuda ini beranjak keluar.

Di ambang pintu ia bertanya kepada sang pendeta, “Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang muslim.” Pendeta itu menjawab, “Dari tanda yang terdapat di wajahmu.” Kemudian ia beranjak hendak keluar, namun sang pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memojokkan pemuda tersebut dan sekaligus mengokohkan markasnya. Pemuda muslim itupun menerima tantangan debat tersebut. Sang pendeta berkata, “Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat.” Si pemuda tersenyum dan berkata, “Silahkan! Sang pendeta pun mulai bertanya,

Sebutkan:

Satu yang tiada duanya,
Dua yang tiada tiganya,
Tiga yang tiada empatnya,
Empat yang tiada limanya,
Lima yang tiada enamnya,
Enam yang tiada tujuhnya,
Tujuh yang tiada delapannya,
Delapan yang tiada sembilannya,
Sembilan yang tiada sepuluhnya,
Sepuluh sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,
Sebelas yang tiada dua belasnya,
Dua belas yang tiada tiga belasnya,
Tiga belas yang tiada empat belasnya.

Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyu- kainya?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yg diadzab dengan batu dan siapakah yg terpelihara dari batu itu?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!

Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?”
Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu tersenyum dengan senyuman mengandung keyakinan kepada Allah.

Setelah membaca basmalah ia berkata,

Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.

Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang. Allah SWT berfirman, “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami).” (Al-Isra’:12) .

Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali
dinding yang hampir roboh.

Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an.

Lima yang tiada enamnya ialah shalat lima waktu.

Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ketika Allah SWT menciptakan makhluk.

Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman, “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.” (Al-Mulk:3).

Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman,
“Dan malaikat-malaikat berada dipenjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Rabbmu di atas(kepala) mereka.” (Al-Haqah: 17).

Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang dan *

Sepuluh sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan. Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat.” (Al-An’am: 160).

Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudara Yusuf.

Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu’jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah,
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu.’ Lalu memancarlah dari padanya dua belas mata air.” (Al-Baqarah: 60).

Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.

Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh. Allah SWT berfirman, “Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing. ” (At-Takwir:18).
Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus AS.

Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf, yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya,”Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami,lalu dia dimakan serigala.” Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, ” tak ada cercaaan ter-hadap kalian.” Dan ayah mereka Ya’qub berkata, “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai.” (Luqman: 19).
Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi Shalih dan kambing Nabi Ibrahim.

Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, “Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim.” (Al-Anbiya’: 69).

Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).

Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar.” (Yusuf: 2)

Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.

Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawaban pemuda muslim tersebut.Kemudian ia pamit dan beranjak hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh sang pendeta.

Pemuda ini berkata, “APAKAH KUNCI SURGA ITU?” mendengar pertanyaan itu lidah sang pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak.

Mereka berkata, “Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya! “
Pendeta tersebut berkata, “Sungguh aku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian marah. “

Mereka menjawab, “Kami akan jamin keselamatan anda.”
Sang pendeta pun berkata, “Jawabannya ialah: ASHADU AN LA ILAHA ILLALLAH WA ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH.”

Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu memeluk agama Islam. ALLAHU AKBAR! Sungguh Allah telah menganugrahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.** Subhanallah…!!
(Semua itu tentu dengan Ilmu……)

** Kisah nyata ini diambil dari Mausu'ah al-Qishash al-Waqi'ah melalui internet,
*  Penulis tidak menyebutkan yang kesembilan (pent.)

Masuk Islamnya Pendeta Italia Setelah Menyaksikan Jenazah Raja Fahd


Hidayah Allah datangnya tidak bisa diraba-raba. Apabila Allah menghendaki maka ia akan mendatangi hamba yang berbahagia itu. Demikianlah  seorang pendeta asal Italia.
Seorang pendeta terkenal di Italia mengumumkan  setelah menyaksikan jenazah  Arab Saudi, Fahd bin Abdul Aziz, untuk kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat. Hal itu terjadi setelah ia melihat betapa sederhananya prosesi pemakaman jenazah yang jauh dari pengeluaran biaya yang mahal dan berlebihan.
Sang mantan pendeta telah mengikuti secara seksama prosesi pemakaman sang Raja yang bersamaan waktunya dengan jenazah yang lain. Ia melihat tidak ada perbedaan sama sekali antara kedua jenazah tersebut. Keduanya sama-sama dishalatkan dalam waktu yang bersamaan.
Pemandangan ini meninggalkan kesan mendalam tersendiri pada dirinya sehingga gambaran persamaan di dalam Islam dan betapa sederhananya prosesi pemakaman yang disaksikan oleh seluruh dunia di pekuburan ‘el-oud’ itu membuatnya masuk Islam dan merubah kehidupannya. Tidak ada perbedaan sama sekali antara kuburan seorang raja dan penguasa besar dengan kuburan rakyat jelata. Karena itulah, ia langsung mengumumkan masuk Islam.
Salah seorang pengamat masalah dakwah Islam mengatakan, kisah masuk Islamnya sang pendeta tersebut setelah sekian lama perjalanan yang ditempuh mengingatkan pada upaya besar yang telah dikerahkan di dalam mengenalkan Islam kepada sebagian orang-orang Barat. Ada seorang Da’i yang terus berusaha sepanjang 15 tahun untuk berdiskusi dengan pendeta ini dan mengajaknya masuk Islam. Tetapi usaha itu tidak membuahkan hasil hingga ia sendiri menyaksikan prosesi pemakaman Raja Fahd yang merupakan pemimpin yang dikagumi dan brilian. Baru setelah itu, sang pendeta masuk Islam.
Sang Muslim baru yang mengumumkan keislamannya itu pada hari prosesi pemakaman jenazah pernah berkata kepada Dr al-Malik, “Buku-buku yang kalian tulis, surat-surat kalian serta diskusi dan debat yang kalian gelar tidak bisa mengguncangkanku seperti pemandangan yang aku lihat pada pemakaman jenazah raja Fahd yang demikian sederhana dan penuh toleransi ini.”
Ia menambahkan, “Pemandangan para hari Selasa itu akan membekas pada jiwa banyak orang yang mengikuti prosesi itu dari awal seperti saya ini.”
Ia meminta agar kaum Muslimin antusias untuk menyebarkan lebih banyak lagi gambaran toleransi Islam dan keadilannya agar dapat membekas pada jiwa orang lain. Ia menegaskan, dirinya telah berjanji akan mengerahkan segenap daya dan upaya dari sisa usianya yang 62 tahun in untuk menyebarkan gambaran Islam yang begitu ideal. Semoga Allah menjadikan keislamannya berkah bagi alam semesta…(istod/AH/alsofwah.or.id)

Kisah Nyata: Ketika Hidayah Islam Merengkuh Jiwaku


Namaku Erlina, aku ingin berbagi cerita kepada saudariku muslimah, bukan untuk mengajarkan tentang fiqih atau hadits atau hal lainnya yang mungkin ukhti muslimah telah jauh lebih dulu mengetahuinya daripada aku sendiri. Karena di masa lalu, aku beragamaKristen
Sejak kecil aku beserta kedua adikku dididik secara kristen oleh kedua orangtuaku, bahkan aku telah dibaptis ketika masih berumur 3 bulan dan saat berusia 18 tahun aku telah menjalani sidhi, yaitu pengakuan setelah seseorang dewasa tentang kepercayaan akan iman kristen di depan jemaat gereja. Aku juga selalu membaca Alkitab dan membaca buku renungan –semacam buku kumpulan khotbah– bersama keluargaku di malam hari. Seluruh keluargaku beragama Kristen dan termasuk yang cukup taat dan aktif. Bahkan dari keluarga besar ayah, seluruhnya beragama Kristen dan sangat aktif di gereja sehingga menjadi pemuka dan pengurus gereja. Sedang dari keluarga ibu, nenekku dulunya beragama Islam, namun kemudian beralih menjadi Katholik.
Sejak kecil aku adalah anak yang sangat aktif dalam kegiatan keagamaan. Tentu saja kegiatan keagamaan yang aku anut saat itu beserta keluarga besarku. Kecintaanku pada agama Kristen demikian kuat mengakar dan terus bertambah kuat seiring pertumbuhanku menjadi wanita dewasa. Sedari kecil aku sangat rajin ikut Sekolah Minggu, bahkan hampir tidak pernah absen. Aku selalu ingin mendengarkan cerita agama Kristen atau cerita dari Alkitab di Sekolah Minggu. Setiap pelajaran Sekolah Minggu kucatat dalam sebuah buku khusus. Cerita-cerita tersebut kuhafal sampai detail, sehingga setiap perayaan Paskah dan Natal aku selalu menjadi juara lomba cerdas tangkas Sekolah Minggu. Pernah suatu ketika, karena aku sering sekali menang, seorang juri memberikan tes tersendiri. Hal ini untuk memastikan bahwa aku layak mendapatkan juara pertama, apalagi saat itu aku masih lebih muda dari peserta dan juara lainnya. Ternyata aku bisa menjawab pertanyaan juri tersebut. Akhirnya aku tetap mendapatkan hadiah, namun hadiah khusus di luar juara satu sampai tiga. Kebijakan ini untuk memberikan kesempatan pada peserta lain untuk menjadi pemenang.
Ketika aku menginjak usia SMP dan SMA, aku tetap aktif dalam kegiatan persekutuan remaja dan pemuda di sekolah. Aku juga aktif di tingkat yang lebih besar yaitu kegiatan persekutuan antar siswa Kristen dari sekolah-sekolah se-kota Magelang, juga persekutuan remaja di gereja. Bahkan aku juga ditunjuk menjadi ketua persekutuan remaja di gereja. Setiap minggu aku disibukkan dengan kegiatan persekutuan, mempersiapkan acara, topik, pembicara, membuat undangan dan menyebar undangan. Aku tidak pernah bosan mengundang rekan-rekan untuk hadir. Walaupun aku tahu ada di antara mereka yang malas hadir, aku tetap memberikan undangan kepada mereka. Betapa semangatnya aku saat itu…
Setelah lulus SMA, aku meneruskan kuliah di FKG UGM. Dan seperti sebelum-sebelumnya, aku kembali aktif di kegiatan keagamaan (Kristen). Kali ini aku mengikuti kegiatan persekutuan mahasiswa di FKG dan di tingkat UGM. Aku sangat senang dan menikmati kegiatanku tersebut saat itu. Bermacam-macam aktifitas, perayaan Natal, Paskah, panitia lomba vokal grup lagu gerejawi dan lainnya aku ikuti. Aku sering mengajak teman-teman-teman satu kos untuk menyanyi bersama lagu-lagu gerejawi di kos, berdiskusi pemahaman kitab dan lainnya.
Ternyata keaktifanku dalam kegiatan keagamaan ini semakin masuk ke dalam ketika aku diajak bergabung dengan pelayanan “Para Navigator”. Pesertanya sebagian besar mahasiswa. Di sini kami belajar banyak hal tentang kekristenan, dibimbing oleh pembimbing rohani dalam satu kelompok, mengadakan diskusi pemahaman Alkitab setiap minggu dengan menggunakan buku panduan seperti kurikulum yang bertingkat dari dasar ke tingkat tinggi. Di sini kami juga diajarkan dan diminta untuk menghafal ayat-ayat Alkitab –dengan diberikan panduan berupa kartu yang berisi ayat untuk dihafalkan-, dan setiap minggu harus bertambah ayat yang kami hafal. Akhirnya aku dapat menyelesaikan paket kurikulum dan diminta membimbing anak rohani. Metode pelayanan ini biasa dikenal dengan metode sel, belajar berkelompok, kemudian berkembang dengan masing-masing anggota yang akan memiliki anak-anak lain untuk dibimbing, sehingga orang-orang yang terlibat di dalamnya akan berkembang dan bertambah banyak. Dalam pelayanan ini, terkadang kami pun diajarkan dan dianjurkan untuk berdakwah mengajak orang lain mengenal dan mengikuti ajaran Kristen.
Entah mengapa, setelah aku masuk stase (tingkatan) klinik, mulai ada beberapa teman (muslim) yang mendekati dan ingin memperkenalkan Islam kepadaku. Reaksiku? Jelas marah dan kutolak mentah-mentah. Pernah juga aku dipinjami Al-Qur’an dan diminta untuk membacanya oleh seorang teman. Sungguh aku sangat marah terhadapnya sampai-sampai aku tak ingin berbicara dengannya.
Sampai akhirnya aku bertemu dengan dia –sebut saja A– yang alhamdulillah kini telah menjadi suamiku. Kalau teman-teman lain ingin memperkenalkan Islam dengan cara langsung dengan Al-Qur’an dan hal-hal lainnya yang jelas-jelas berbau Islam, maka A mengenalkan Islam dari sisi yang beraroma Kristen. Dan aku sangat antusias saat itu. Apalagi ia menyatakan bahwa jika Kristen lebih benar dari Islam, maka dia akan mengikuti agama Kristen. Kesempatan emas! Pikirku. A juga banyak bertanya tentang Bible, bahkan ia katakan telah tamat membaca Alkitab Perjanjian Baru sebanyak tiga kali! Aku pikir, orang ini benar-benar tertarik akan agama Kristen. Aku saja belum pernah membaca dari awal hingga akhir kitab tersebut secara berurutan. Aku semakin bersemangat saat itu. Banyak yang dia ketahui tentang Alkitab Kristen dan tentang Kristen. Ternyata sejak kecil ia bersekolah di sekolah Katholik dan mempelajari agama Katholik serta sejarahnya, dan ketika ia kuliah di UGM, ia juga terkadang berkunjung ke toko buku Kristen untuk membaca.
Namun, yang terjadi selanjutnya ternyata di luar dugaanku. A memang banyak tahu tentang agamaku, namun ia juga memiliki pengetahuan tentang Islam. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan olehnya dan berkaitan dengan agamaku, yang terkadang pertanyaan itu begitu mudah, namun aku sangat kesulitan menjawabnya. Diskusi-diskusi yang kami lakukan membuat kami menjadi dekat. Aku pun telah lulus kuliah dan bekerja. Begitu pula A, hanya saja dia bekerja di Jakarta. Namun, kami masih terus melanjutkan diskusi tentang agama Kristen yang telah kami lakukan sebelumnya. Ya… masih berlanjut seperti itu, pengenalan tentang agama Islam yang dilakukan dengan cara tidak langsung.
Dari diskusi-diskusi itulah ia terkadang memasukkan sentilan Islam secara tidak langsung dan tidak aku sadari (karena pertanyaan dan hal-hal yang didiskusikan sebenarnya telah jelas jawabannya di Islam). Banyak bentrok di antara kami dalam diskusi tersebut. Kadang bahkan membuat aku marah, menangis, jengkel. Namun diskusi itu terus berlanjut. Masih ada rasa penasaran, jengkel dan marah yang berbaur menjadi satu. Namun… banyak sekali pertanyaan darinya yang tidak bisa aku jawab. Akhirnya A mengusulkan agar meminta pendeta yang ahli untuk diajak diskusi bersama. Wah!! Betapa senangnya aku mendengar sarannya itu. Orang ini benar-benar bersemangat belajar Kristen. Aku sangat berharap akhirnya nanti dia bisa beragama Kristen. Rasanya bahagia jika aku berhasil membuat ia mengikuti iman Kristen.
Dengan sebab tersebut, aku mencari dan menghubungi pendeta yang terkenal, senior dan sangat berkualitas di Jogja. Sebut saja pendeta X. Aku berharap pendeta X dapat membantuku ‘memberi pelajaran’ tentang Kristen kepada A. Keluargaku pun ikut bersemangat dan sangat mendukung rencanaku ini. Saat itu, aku bersyukur bapak pendeta ini mau dan bersedia membantu rencanaku. Akhirnya, kami melakukan diskusi bertiga. Keadaannya saat itu, bukanlah sebagaimana seseorang yang ingin saling berdebat antar agama. Tidak. Kondisi saat itu, baik A maupun aku sama-sama sebagai orang yang belajar dan mencari kebenaran. Walaupun tidak ada pernyataan sebagaimana yang A lakukan bahwa jika Islam lebih benar aku akan mengikuti agamanya.
Mulailah kami berdiskusi setiap pekan di hari Sabtu. Beberapa pertanyaan yang A ajukan antara lain adalah:
Kapan dan bagaimana cara Yesus berpuasa? Mengapa orang Kristen tidak berpuasa?
Tentang penghapusan hukum Taurat (Yesus menolak membasuh tangan sebelum masuk rumah).
Benarkah kisah yang menceritakan Yesus berdoa dengan bersujud? Dan bagaimana orang Kristen berdoa saat ini? Dahulu, orang Yahudi termasuk Yesus dikhitan. Mengapa orang Kristen sekarang tidak? Pendeta menjawab, orang Kristen ada yang berkhitan tapi bukan untuk mengikuti hukum Tuhan (Taurat), tetapi untuk alasan kesehatan.
Mengapa orang Kristen tidak mengenal najis? Padahal hal najis di Taurat lebih berat daripada hukum Islam. Pendeta menjawab, dalam Kristen hal itu tidak perlu karena di dalam tubuh kita juga ada najis.
Apakah surga itu bertingkat-tingkat menurut Kristen?
Pendeta menjawab, “Tidak, dalam Kristen surga tidak bertingkat-tingkat.”
Lalu kami bertanya, “Mengapa dalam injil dikatakan ada surga rendah dan surga tinggi?”
Terdapat ramalan dalam Alkitab tentang kedatangan anak manusia ‘Ia akan berada di perut bumi tiga hari tiga malam’ seperti kejadian nabi Yunus di dalam perut ikan. Siapakah dia?
Pendeta menjawab, “Jelas ramalan untuk Yesus setelah kematian di kayu salib dan dikubur di gua.”
Akhirnya kami bertiga sama-sama menghitung. Dan berkali-kali, hasil perhitungan itu adalah dua hari dua malam atau maksimal adalah tiga hari dua malam dengan konsekuensi memasukkan hari minggu sebagai satu hari penuh, padahal minggu pagi –sebelum matahari terbit- , kubur Yesus telah kosong. Karena perhitungan tersebut tidak cocok dengan ramalan tiga hari tiga malam, pertanyaan tersebut ditunda untuk didiskusikan pekan berikutnya.
Saat kami datang pekan berikutnya, pendeta sudah memiliki jawaban, yaitu perhitungan hari orang Yahudi berbeda dengan kita.
Waktu itu kami tercengang, heran namun akhirnya tersenyum mengerti bahwa sebenarnya pertanyaan ini tidak dapat dijawab oleh sang pendeta. Padahal kejadian nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam gua selama tiga hari tiga malam mestinya lebih bisa menjawab ramalan tersebut.
Ah, saudariku… sebenarnya masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang kami diskusikan saat itu. Kiranya ini cukup untuk menggambarkan diskusi yang terjadi saat itu. Pertanyaan-pertanyaan kami bukanlah pertanyaan yang berat yang berkaitan dengan akidah. Bukan tentang trinitas ataupun ketuhanan Yesus. Namun, itupun banyak yang tidak terjawab. Dan dalam diskusi ini, A tidak pernah mendebat dengan dalil-dalil Islam, Al-Qur’an dan hadits. Sehingga memang terkesan bahwa kami berdua sedang berguru kepada pendeta tersebut.
Kami tidak pernah berdebat, menyalahkan atau mempermalukan beliau. Kami tetap hormat, dan pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan berkesan layaknya konfirmasi, “Apakah ini benar”, “Mengapa seperti ini”, dan semacamnya, kemudian menilai jawaban yang pendeta tersebut berikan. Dan jika kami tahu sebenarnya beliau tidak dapat menjawab pertanyaan kami, dan tampak jawabannya dipaksakan, tidak logis (seperti tentang ramalan tiga hari tiga malam), maka kami hanya tersenyum dan tidak memperpanjang pembahasan hal tersebut. Saat itu, pendeta tersebut menganjurkan agar kami membaca buku karangan seorang Pastor yang berjudul Gelar-Gelar Yesus. Namun, aku malah mendapati, si pengarang justru mengatakan bahwa di Alkitab tidak ada yang secara langsung menyebutkan bahwa Yesus itu Tuhan dan dia tidak pernah menyatakan diri sebagai Tuhan. Sehingga anjuran ini justru menjadi semakin menambah pertanyaanku dan memperbesar keraguanku akan iman Kristen.
***
Setelah diskusi berlangsung beberapa kali, pendeta tersebut minta maaf karena tidak bisa melanjutkan diskusi lagi karena akan pergi ke luar negeri selama beberapa waktu. Beliau merekomendasikan dua orang pendeta untuk menggantikan posisi beliau selama beliau tidak ada. Pendeta pertama adalah seorang yang dulunya beragama Islam namun keluar (murtad) dari agama Islam dan menjadi pendeta. Saat kami mendatangi rumah pendeta ini, dari pembicaraan dengannya terkesan bahwa beliau menolak dan menghindar dengan alasan yang tidak jelas. Pendeta kedua adalah seorang doktor teologia ahli perbandingan agama dan memiliki kedudukan yang cukup tinggi di sebuah universitas. Karena kesibukan dan kedudukan beliau inilah, kami agak kesulitan menemui beliau. Ketika akhirnya kami berhasil menemuinya, ternyata beliau keberatan dan tidak bersedia berdiskusi bersama kami dengan alasan sibuk. Pendeta kedua ini menyarankan agar kami kembali berdiskusi dengan pendeta X. Karena proses diskusi ini (yang tadinya aku berharap begitu banyak para pendeta ini dapat memberi pelajaran pada A) ternyata sedikit terhambat, akhirnya aku mendatangi pendeta X seorang diri. Aku menceritakan semua hal berkenaan dengan latar belakang diskusi ini dan aku memohon kepada beliau untuk membantuku meneruskan proses diskusi dengan A. Sayangnya… ternyata beliau menolak permintaanku dengan alasan yang tidak jelas –bahkan bisa dikatakan tanpa alasan-. Sebagaimana harapan besar lainnya – yang jika tertumpu pada seseorang namun ternyata tidak dipenuhi oleh orang tersebut-, maka kekecewaan yang besar pun kurasakan waktu itu. Ketika aku pamit pulang, pendeta tersebut masih sempat berpesan kepadaku,
“Apapun yang terjadi, jangan sampai kamu menikah dengan dia (A). Kalau dia tidak mau masuk agama Kristen, pertahankan imanmu (iman Kristen).”
Gundah, bingung, sedih, dan kekecewaan yang menumpuk, semua bergumul menjadi satu setelah mendapat berbagai penolakan dari pihak-pihak yang aku harapkan dapat membantuku memberi penjelasan tentang agama Kristen ini kepada A. Bahkan pihak-pihak ini adalah orang yang kuanggap pakar dan ahli sehingga dapat membantuku menjawab dan menjelaskan tentang agama Kristen kepada A. Aku pun merasakan sesuatu yang janggal dari pesan terakhir dari pendeta X. Aku simpulkan bahwa sebenarnya mereka tidak memiliki argumen dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dan aku merasakan bahwa ada sesuatu yang kurang dari agama ini (Kristen).
Sejak itulah, aku berusaha melihat dan menilai Islam dan Kristen sebagai dua agama yang sejajar kedudukannya, dan aku berusaha berada pada posisi netral seakan-akan sedang menjadi juri untuk keduanya. Berat dan tertekan. Itu yang aku rasakan ketika harus bergumul dan berusaha keras untuk melepaskan diri dari doktrin Kristen. Doktrin yang telah aku cintai sejak kecil dan telah kuikat secara sungguh-sungguh. Namun, dari sinilah aku mulai membuka diri dengan selain Kristen. Aku baru bisa mulai mempelajari seperti apa Islam sebenarnya. Kesan pertama yang kudapatkan dalam penilaianku adalah, ‘Apa yang jelek dari Islam? Kelihatannya ajarannya ok ok saja.’ Sambil melakukan ini, aku tetap terus membaca Alkitab Kristen.
Suatu ketika, A mengajukan suatu ayat dalam Alkitab yang mengatakan, ”Jangan sampai kita sudah setiap hari menyeru ‘Tuhan-Tuhan,’ tetapi tidak selamat seperti yang tertulis dalam Injil.”
Kata-kata ini terpatri dalam benakku. Malam harinya, aku mencari ayat itu dalam Alkitab dan menemukannya, yaitu pada Matius 7:21, yang isinya, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, ‘Tuhan, Tuhan!’ akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-ku yang di sorga.”
Aku termenung seakan-akan tak percaya yang aku baca. Perlahan-lahan ‘ku tutup Alkitab yang sedang kubaca tersebut.
Keesokan harinya dan hari-hari sesudahnya terasa seperti hari penuh perenungan untuk pikiran dan benakku. Walaupun aku (berusaha) beraktifitas seperti biasa, namun pikiranku tidak tenang memikirkan ayat tersebut. Untuk meyakinkan diriku, ‘ku baca kembali ayat tersebut berulang-ulang, namun ternyata aku justru menjadi ketakutan setelah memikirkan makna yang terkandung di dalamnya. Sepertinya ayat ini sangat berkaitan dengan apa yang telah aku lakukan selama ini, dan aku takut ternyata aku termasuk yang pada akhirnya tidak masuk surga. Jangan-jangan apa yang kulakukan selama ini walaupun dengan kecintaan dan kesungguhan dan penuh perjuangan adalah hal sia-sia.
Sejak itu, aku mulai tertarik dengan Islam dan menjadikannya alternatif pengganti agamaku. Aku mulai bekerja di luar kota Yogyakarta di sebuah Puskesmas di Banjarnegara. Sendirian… tanpa sanak saudara ataupun teman dekat dan sahabat yang dapat kuajak diskusi tentang Islam. Aku belajar tentang Islam dari pengajian-pengajian masjid di desa yang terdengar dari pengeras suara atau acara desa dan kecamatan yang biasanya terdapat sentilan tentang ajaran Islam. Dan tentu saja tak ketinggalan, aku belajar dari diskusi yang sangat sangat banyak dengan A.
Sampai pada akhirnya, A menawarkanku untuk masuk Islam, dan akupun menyetujuinya walaupun tidak langsung melaksanakannya. Aku masih terus berdiskusi, belajar dan berpikir sehingga aku benar-benar merasa yakin dan mantap untuk memeluk agama Islam. Dan ketika keyakinan ini bertambah kuat, aku merasa ada kebutuhan mendesak yang harus kulakukan, yaitu aktifitas menyembah Allah. Rasanya keyakinanku akan sia-sia dan terasa hampa jika tidak ada aktifitas ibadah yang harus aku lakukan untuk menyembah Allah. Namun, aku sama sekali belum bisa cara beribadah yang ada pada Islam.
Dengan melihat orang sholat di televisi dan memperhatikan teman sholat, akhirnya aku berusaha meniru gerakan sholat. Tentu saja segala sesuatunya masih kacau saat itu. Dengan hanya memakai piyama tidur (tanpa tahu ada aturan harus menutup seluruh aurat saat shalat) menggelar selimut untuk dijadikan sajadah, dan berdiri tidak mengetahui harus menghadap kemana, aku sholat. Ya! Aku sholat! Hanya dengan tiga kalimat yang aku ketahui, bismillahirrahmanirrahim, allahu akbar, dan alhamdulillah dan dengan gerakan yang tanpa urutan dan aturan. Rasanya melegakan karena aku melepaskan keinginan untuk menyembah satu Ilah dan hanya Ilah inilah yang harus aku sembah. Aku lakukan ini berkali-kali tanpa diketahui oleh siapapun. Aku masih belum mengetahui tentang pembagian sholat yang lima waktu. Aku masih sendirian saat itu, menjadi kepala Puskesmas, dan aku pun masih merahasiakan statusku dari siapapun termasuk staf di kantor bahkan Si A tidak tahu kalau aku melakukan sholat karena aku masih malu, takut dan masih menutup diri. Sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengajariku.
Sampailah waktunya…
Aku dan A memberanikan diri datang kepada orangtuaku. Di situ, A mengutarakan keinginanku untuk memeluk agama Islam kepada orangtuaku. Dapat dibayangkan apa yang terjadi. Kekagetan luar biasa, marah, tidak percaya mengelegak keluar. Orangtua memintaku mengutarakan sendiri hal tersebut, dan aku pun mengatakan hal yang sama, “Aku ingin masuk Islam.” Mereka tetap tidak percaya dan memintaku memikirkannya kembali. Aku kembali ke Banjarnegara dan A juga kembali ke Jakarta tempat ia bekerja.
Beberapa waktu kemudian, Bapak, Ibu dan adikku menemuiku di Banjarnegara. Menanyakan kembali keputusan akhirku. Saat itu, aku meminta A menemaniku, karena aku dalam kondisi sangat takut dan kalut. Jawabanku pun tetap sama, “Aku ingin masuk Islam.”
Betapa orangtuaku marah mendengarnya. Sebuah kemarahan yang aku belum pernah menyaksikan sebelumnya. Ibu berkata, “APA KAMU SANGGUP MENGHIANATI YESUS!!! TEGANYA ENGKAU DENGAN YESUS!!!”
Rasanya hatiku teriris mendengar teriakan marah dan kekecewaan yang luar biasa dari kedua orangtuaku tersebut. Aku pun memahami jika akan seperti ini, karena seluruh keluarga besar beragama Kristen dan hampir seluruhnya adalah aktivis-aktivis gereja, sering berkhotbah di gereja. Tidak ada satupun yang beragama lain. Dan… aku yang diperkirakan juga akan mengabdi dengan sesungguhnya pada agama Kristen ternyata menjadi orang pertama yang masuk ke agama Islam. Tentu ini hal yang sangat berat terutama untuk kedua orangtuaku. Anggapan-anggapan negatif baik dari pihak keluarga, jemaat gereja, keluarga besar lainnya tentu akan datang bertubi-tubi menekan mereka. Dengan keputusanku yang tidak berubah ini, akhirnya hubunganku dengan keluarga menjadi agak renggang.
Derai air mata sejak itu masih terus mengalir. Aku sempat ragu ketika mengingat perkataan ibuku,
“Sanggupkah engkau mengkhianati Yesus.”
“Tegakah pada Tuhan Yesus.”
Pikiranku terus berkecamuk, ‘Benarkah itu? Benarkah aku harus menyembah Yesus? Benarkah jika aku memeluk Islam, Yesus akan marah?’ Berkutat pada kebimbangan antara perkataan orangtuaku dan apa yang telah kupelajari dalam Islam. Dalam puncak kebingunganku, aku bermimpi…
Aku hendak pergi tidur. Tiba-tiba… terdengar ketukan dari jendela kayu yang bersebelahan dengan tempat tidurku. Kubuka jendela tersebut dan aku kaget karena ternyata di depanku ada sesosok Yesus (wajahnya memang tidak jelas, namun berjubah dan dalam mimpi itu aku dipahamkan bahwa itu adalah Yesus). Sosok itu tidak berbicara apa-apa namun tampak seperti tersenyum, tidak marah dan mengulurkan tangannya (seperti) hendak menyalamiku. Sosok tersebut tidak berbicara namun aku dipahamkan bahwa maksud beliau adalah mengucapkan selamat kepadaku. Setelah itu sosok tersebut berlalu.
Aku pun terbangun dalam keadaan bingung dan takut. ‘Apa maksud mimpi ini?’ pikirku. Apakah ini suatu tanda bahwa pilihanku benar.
Waktupun berlalu dan aku semakin mengokohkan keputusanku untuk memeluk agama Islam. A yang hampir selalu hadir dalam perjalananku menggapai hidayah Islam ini akhirnya melamarku. Alhamdulillah… akhirnya orangtuaku pun mengizinkan kami menikah. Hubungan kami dengan keluargaku sudah baik kembali sampai saat ini. Kami menikah dengan wali dari KUA. Rasa haru dan bahagia menyelimutiku saat itu. Setelah menikah, aku langsung minta dibelikan mukena dan minta diajarkan shalat. Dan A terus mendampingiku dan mengajarkanku shalat lima waktu. Sampai aku telah dapat melakukan shalat sendiri, A baru bisa menjalankan kewajibannya untuk shalat di masjid.
Perjalananku dalam memahami Islam tentu saja tidak berhenti sampai di situ. Setelah lima tahun sejak aku masuk ke dalam agama Islam, aku melanjutkan studi S2 di FK UGM, jurusan Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis (minat Histologi dan Biologi Sel) dan aku seperti tersentak untuk kedua kalinya. Aku baru menyadari dan memahami betapa Allah mengatur segala sistem dalam tubuh kita dengan begitu rapi, canggih, teratur, beralasan dan sempurna sampai ke tahap molekuler, tanpa kita sadari. Aku banyak termenung saat menyadari hal itu, namun juga menjadikanku banyak bertanya kepada dosen pakar saat itu. Subhanallah, Dia-lah pencipta, pengatur, pemelihara yang sedemikian rupa rumitnya. Dan tidak mungkin semua itu berjalan, berproses dan bermekanisme dengan sendirinya. Mulai saat itulah aku lebih terpacu lagi untuk belajar dengan membaca dan memahami Al-Qur’an.
Dan proses belajar itu terus berlangsung sampai sekarang. Dahulu aku telah mengetahui bahwa Allah-lah, Ilah yang disembah dalam agama Islam. Namun, perlu waktu bertahun-tahun untuk aku memahami bahwa hanya Allah-lah Ilah yang BERHAK untuk disembah. Dan pemahaman ini ternyata suatu perkembangan, semakin kita belajar mengenal Rabb kita, insya Allah semakin bertambahlah pemahaman dan ketauhidan kita, dan akan semakin sadar bahwa masih banyak sekali hal yang tidak kita ketahui. Dari proses pembelajaran inilah aku semakin memahami siapakah Allah yang selama ini aku sembah, mengapa hanya Allah yang harus aku sembah. Kini aku sedikit lebih paham (karena masih banyak hal yang belum aku pahami), tentang kekuatan rububiyah Allah (sebagai pencipta, yang berkuasa) yang melazimkan bahwa hanya Dia-lah yang berhak disembah dan mengapa aku tidak boleh mempersekutukan-Nya karena jika aku melakukan kesyirikan maka ia akan menjadi dosa yang tak terampuni (jika tidak bertaubat).
Saudariku… agama Islam terlalu tinggi, canggih dan terlalu sempurna, dengan konsepnya yang sangat jelas, sehingga agama-agama lain menjadi sangat lemah untuk menjadi pembandingnya, termasuk agama Kristen yang aku anut dahulu.
***
Kisah di atas diceritakan langsung oleh Erlina kepada redaksi Muslimah.or.id, dan redaksi KisahMuslim.com juga mengenal Erlina. Semoga Allah menjaga hamba-hamba-Nya yang beriman…