Rabu, 26 Juni 2013

Tugas bahasa indonesia mengenai manajemen

BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan. Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin". Tipe kepemimpinan menurut bakat biasanya muncul dari kelompok informal yang didapatkan dari pelatihan meskipun tidak langsung.

1.2          Rumusan masalah
1.   Apa saja fungsi fungsi manajemen ?
2.   Bagaimana pengertian kepemimpinan ?
3.   Apa saja macam-macam organisasi ?
4.   Bagaimana dengan pengarahan ?
1.3          Tujuan
1.    Mendeskripsikan ada fungsi utama dalam manajemen
2.    Mendeskripsikan pengertian kepemimpin
3.    Mendeskripsikan macam macam organisasi
4.    Mendeskripsikan pengarahan
1
 
 


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.     Fungsi Manajemen
            Fungsi manajemen menurut Harold Koontz dan Heinz Weihrich (dalam Anoraga 2012:88) adalah planning, organizing, staffing, leading, controling.

2.1.1 Fungsi Perencanaan
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen. Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan  suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
Kegiatan dalam Fungsi Perencanaan:
1.    Menetapkan tujuan dan target bisnis
2.    Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
3.    Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
4.    Menetapkan indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis
 


2.1.2 Fungsi Pengorganisasian
Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
2
 
Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian:
1.    Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan
2.    Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggung jawab
3.    Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia atau tenaga kerja
4.    Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat

2.1.3 Fungsi Pengarahan
Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi:
1.    Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
2.    Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
3.    Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan

2.1.4 Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengawasan dan Pengendalian:
1.    Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
2.    Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan
3.    Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis

2.1.5     Fungsi Pengisian Jabatan
 Fungsi pengisian jabatan atau fungsi staffing adalah kegiatan untuk memperoleh karyawan yang efektif yang akan mengisi jabatan-jabatan kosong di organisasi perusahaan. Tujuannya adalah agar semua jabatan ada pejabatnya yang akan melaksanakan tugas-tugas pada setiap jabatan tersebut, sehingga sasaran perusahaan dapat tercapai. Asas pengisian jabatan ini adalah “Penempatan orang-orang yang tepat pada tempat yang tepat dan penempatan orang-orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat” atau “the right man in the right place and the right man in the right job”. Dan agar asas tersebut dapat terlaksana hendaknya pengisian jabatan berpedoman pada “apa” dan “siapa”.

2.1.6 Individu dan Perilaku Organisasi

Aktivitas manajer dalam melakukan planning, organizing, directing, dan  controlling, tentu tidak semudah membalik telapak tangan, karena suatu organisasi akan dihuni oleh puluhan, ratusan hingga ribuan manusia yang mempunyai karakter dan perilaku berbeda. Pengambilan keputusan yang dilakukan seorang manajer perlu mempertimbangkan kecocokan antar individu, tugas pekerjaan, dan efektivitas. Keputusan yang diambil manajer secara khas akan dipengaruhi oleh karakteristik manajer maupun karakteristik bawahan, misalnya pengambilan keputusan tentang siapa yang melaksanakan tugas tanpa mengetahui perilaku akan dapat memberikan dampak negatif jangka panjang dan sangat sulit untuk dapat diubah kembali. Untuk mengerti perilaku individu, seorang manajer perlu memperhatikan beberapa variable yang mempengaruhi perilaku, yang terdiri atas:
a.    Variabel lingkungan: Keluarga, Budaya, Kelas Sosial
b.    Variabel psikologis: Persepsi, Sikap, Kepribadian, Pembelajaran, Motivasi, Kemampuan Fisik, Kemampuan mental.

2.1.7 Kelompok dan Perilaku Organisasi
J.W. McDavid dan M.Harari (dalam Gitosudarmo 2012:237) mendefinisikan kelompok sebagai suatu sistem yang terorganisasi yang terdiri atas 2 orang atau lebih yang saling berhubungan sedemikian rupa sehingga sistem tersebut melakukan fungsi tertentu, memiliki serangkaian peran hubungan antar anggotanya, memiliki serangkaian norma yang mengatur fungsi kelompok dan tiap-tiap anggotanya.
Menurut McDavid dan Harari, peran yang ada dalam suatu kelompok yaitu:
1.             Peran yang dirasakan
2.             Peran yang dimainkan
Gibson dkk membagi kelompok menjadi 2 tipe, formal dan informal, dan dibentuk karena beberapa alasan, yaitu:
1.    Pemuasan kepuasan
2.    Kedekatan dan daya tarik
3.    Tujuan kelompok
4.    Alasan ekonomi
Apabila kelompok telah berkembang dengan melewati berbagai tahap perkembangan tersebut, maka kelompok tersebut mulai menampakkan karakteristik tertentu,
1.       Struktur
2.       Hierarki status
3.       Peran
4.       Norma
5.       Kesatupaduan

2.2     Kepemimpinan
Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama "pimpin". Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.
Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin".
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan.  Pemimpin jika dialih bahasakan ke bahasa Inggris menjadi "leader", yang mempunyai tugas untuk me-LEAD anggota disekitarnya. Sedangkan makna lead adalah:
1.    Loyality, seorang pemimpin harus mampu membagnkitkan loyalitas rekan kerjanya dan memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
2.    Educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan tacit knowledge pada rekan-rekannya.
3.    Advice, memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada
4.    Discipline, memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan dalam setiap aktivitasnya. 
           
2.2.1 Kualifikasi Seorang Pemimpin
Chester I. Barnard (dalam Hasibuan 2011:154) berpendapat bahwa kepemimpinan memiliki dua aspek diantaranya:
1.    Kelebihan individual dalam hal teknik kepemimpinan, seseorang yang memiliki kondisi fisik yang baik, memiliki keterampilan yang tinggi, menguasai teknologi, memiliki persepsi yang tepat, memiliki pengetahuan yang luas, memiliki ingatan yang baik, serta imajinasi yang meyakinkan akan mampu memimpin bawahan
2.    Keunggulan pribadi dalam hal ketegasan, keuletan, kesadaran, dan keberhasilan.
Berbeda dengan Barnard, Hersey dan Bianchard (dalam Siswanto 2011:110) mengklasifikasikan keahlian yang diperlukan bagi seorang manajer menjadi tiga tingkat sebagaimana berikut ini:
1.    Understanding Past Behavior (Mengerti Perilaku Masa Lampau)
2.    Predicting Future Behavior ( Memprediksi Perilaku Masa Depan)
3.     Directing, Changing and Controlling Behavior (Pengarahan, Perubahan, dan Pengendalian Perilaku)
Terlepas dari dua pendapat diatas, pada esensinya kualifikasi kepemimpinan yang memungkinkan seorang manajer memainkan perannya dalam menopang kondisi yang ada meliputi hal-hal berikut:
1.    Watak dan Kepribadian yang Terpuji
Agar para bawahan maupun orang yang berada di luar organisasi mempercayainya, seorang manajer harus memiliki watak dan kepribadian yang terpuji. Manajer adalah cermin bawahan. Ia adalah sumber identifikasi, motivasi dan moral pada bawahan.
2.    Prakarsa yang Tinggi
Seorang pemimpin hendaknya seorang self starter, memiliki inisiatif sendiri. Ia mengajukan gagasan dan bersedia menanggung risiko kegagalan bersamaan dengan adanya kesempatan untuk memperoleh keberhasilan.
3.    Hasrat Melayani Bawahan
Seorang pemimpin harus percaya pada bawahan, mendengarkan pendapat mereka, berkeinginan membantu, serta menimbulkan dan mengembangkan keterampilan agar karier mereka meningkat.
4.    Sadar dan Paham Kondisi Lingkungan
Seorang manajer tidak hanya menyadari mengenai apa yang sedang terjadi di sekitarnya, tetapi juga harus memiliki pengertian yang memadai sehingga dapat mengevaluasi perbedaan kondisi lingkungan tersebut untuk kepentingan organisasi dan para bawahannya.
5.     Intelegensi yang Tinggi
Seorang manajer harus memiliki kemampuan berpikir pada taraf yang tinggi. Ia dituntut untuk mampu menganalisis permasalahan dengan efektif, belajar dengan cepat, dan memiliki minat yang tinggi untuk mendalami dan menggali suatu ilmu pegetahuan
6.    Berorientasi ke masa depan
Seorang pemimpin harus memiliki intuisi, kemampuan memprediksi, dan visi sehingga dapat mengetahui sejak awal mengenai kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat memengaruhi organisasi yang dikelola dan para bawah yang tergorganisir.
7.    Sikap Terbuka dan Lugas
Seorang pemimpin harus memiliki sifat terbuka. Ia harus sanggup mempertimbangkan fakta dan inovasi yang baru. Lugas namun konsisten pendirianya. Bersedia mengganti cara kerja yang lama dengan cara kerja baru yang dipandang mampu memberikan nilai guna yang efisien dan efektif bagi organisasi yang dipimpinnya.
8.    Widiasuara yang Efektif
Seorang manajer adalah penyampaian berita kepada orang lain. Vertikal ke bawah untuk memberikan instruksi dan perintah kepada bawahan, dan horizontal kepada pihak-pihak yang memiliki transaksi dengan organisasi. Keterampilan memainkan peran dalam hal ini sangat membantu efektivitas organisasi yang dipimpinnya.

2.2.2 Tipe Kepemimpinan dalam Organisasi
        G.R Terry (dalam Hasibuan 2011:122) sebagai salah seorang pengembang ilmu manjemen mengemukakan tipe kepemimpinan sebagai berikut:
1.    Personal Leadership (Kepemimpinan Pribadi)
Seorang manajer dalam melaksanakan tindakannya selalu dilakukan dengan cara kontak pribadi. Intruksi disampaikan secara oral ataupun langsung pribadi disampaikan oleh manajer yang bersangkutan. Tipe kepemimpinan ini sering dianut oleh perusahaan kecil karena kompleksitas bawahan maupun kegiatannya sangatlah kecil. Akibatnya, pelaksanaannya selain mudah juga sangat efektif dan memang biasa dilakukan tanpa mengalami prosedural yang berbelit.
2.   Nonpersonal Leadership (Kepemimpinan Nonpribadi)
Segala peraturan dan kebijakan yang berlaku pada perusahaan melalui bawahannya atau menggunakan media nonpribadi, baik rencana, intruksi, maupun program penyeliaannya. Pada tipe ini, program pendelegasian kekuasaan sangatlah berperan dan harus diaplikasikan.
3.   Kepemimpinan Otoriter
Manajer yang bertipe otoriter biasanya bekerja secara sungguh-sugguh, teliti, dan cermat. Manajer bekerja menurut peraturan dan kebijakan yang berlaku dengan ketat. Meskipun agak kaku dan segala instruksinya harus dipatuhi oleh para bawahan, para bawahan tidak berhak mengomentarinya. Karena manajer beranggapan bahwa dialah yang berhak sebagai pengemudi yang akan bertanggung jawab atas segala kompleksitas organisasi.
4.   Kepemimpinan Demokratis
Pada kepemimpinan yang demokratis, manajer beranggapan bahwa ia merupakan bagian integral yang sama sebagai elemen perusahaan dan secara bersamaan seluruh elemen tersebut bertanggung jawab terhadap perusahaan. Oleh karen itu, agar seluruh bawahan merasa bertanggung jawab maka mereka harus berpartisipasi dalam setiap aktivitas perencanaan, evaluasi dan penyeliaan. Setiap individu bawahan merupakan potensi yang berharga dalam usaha merealisasikan tujuan.
5.   Kepemimpinan Paternalistik
Kepemimpinan yang paternalistik dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan antara manajer dengan perusahaan. Tujuannya adalah untuk melindungi dan memberikan arah, tindakan dan perilaku ibarat peran seorang bapak kepada anaknya.
6.   Kepemimpinan Menurut Bakat
Tipe kepemimpinan menurut bakat biasanya muncul dari kelompok informal yang didapatkan dari pelatihan meskipun tidak langsung. Dengan adanya sistem persaingan, dapat menimbulkan perebedaan pendapat yang seru dari kelompok yang bersangkutan. Biasanya akan muncul pemimpin yang memiliki kelemahan diantara mereka yang ada dalam kelompok tersebut menurut keahliannya dimana ia terlibat di dalamnya. Pada situasi ini peran bakat sangat menonjol, sebagai dampak pembawaan sejak lahir dan mungkin disebabkan adanya faktor keturunan.

Berbeda dengan tipe kepemimpinan yang dikemukakan oleh G.R Terry, Robert Blake dan Jane S. Mouton (dalam Sudita 2012:112) yang telah mempepulerkan Managerial Grid dengan membagi lima tipe kepemimpinan Hesey dan Blachard (dalam Anoraga 2011:96-97)
Pembagian tersebut didasarkan pada bawahan. Kelima tipe kepemimpinan dijelaskan berikut ini:
1.    Tandus 
Yaitu pemakaian usaha seminimum mungkin untuk menyelesaikan suatu pekerjaan guna mempertahankan keanggotaan dalam organisasi.
2.    Perkumpulan 
Yaitu menumpahkan perhatian kepada bawahan untuk memuaskan hubungan yang menggairahkan, suasana organisasi yang bersahabat, dan menggairahkan tempat kerja.
3.    Tugas 
Yaitu efeisiensi dalam hasil pekerjaan yang diperoleh dari kondisi kerja yang tersusun dengan mengurangi campur tangan elemen manusia sampai pada tingkat minimun.
4.    Jalan tengah
Yaitu kecakapan organisasi yang memadai adalah usaha dan memungkinkan membuat keseimbangan diantara kerja yang dilakukan sambil memperhatikan semangat bawahan pada tingkat memuaskan.
5.    Tim 
Yaitu penampungan kerja yang diperoleh dari persetujuan bawahan, yang paling saling bergantung pada pegangan umum yang sesuai dengan tujuan organisasi yang menjurus pada keyakinan dan penghargaan.

2.2.3      Pengertian Kepemimpinan Menurut Para ahli (dalam artikel Deny)
1.    Menurut Tead Hoyt, Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
2.    Menurut Young, Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

2.3 Macam-Macam Organisasi

Organisasi dikenal jika dipelajari berdasarkan:

1.    Berdasarkan Proses Pembentukannya;
2.    Berdasarkan Kaitan Hubungannya dengan Pemerintah;
3.    Berdasarkan Skala (Ukuran) Besar-Kecilnya;
4.    Berdasarkan Tujuannya;
5.    Berdasarkan Organization Chartnya;
6.    Berdasarkan Tipe-tipe / Bentuknya.

1.            Berdasarkan Proses Pembentukannya

Organisasi dikenal "Organisasi Formal dan Organisasi lnformal".
a. Organisasi Formal:
adalah organisasi yang dibentuk secara sadar dan dengan tujuan-tujuan tertentu yang disadari pula yang diatur dengan ketentuan-ketentuan formal, dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya.

b. Organisasi lnformal:
adalah organisasi yang terbentuk tanpa disadari sepenuhnya, tujuannya juga tidak jelas, anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya tidak ada dan hubungan-hubungan terjalin secara pribadi saja (personal/ private relationship bukan formal relationship). Organisasi informal sebagian besar berhuungan dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang, sebab mereka adalah individu-individu terhadap tindakan-tindakan mereka dipandang dari sudut kebutuhan-kebutuhan, emosi dan tingkah laku, bukan dipandang dari sudut cara bekerja dan peraturan.

G. R. Terry (dalam Hasibuan 2011:112) mengatakan “organisasi nonformal yaitu organisasi yang terbentuk dalam suatu organisasi formal yang anggota-anggotanya terdiri dari karyawan-karyawan perusahaan bersangkutan.

2.  Berdasarkan Kaitan Hubungannya dengan Pemerintah

a.    Organisasi Resmi, adalah organisasi yang dibentuk oleh (ada hubungannya) dengan pemerintah dan atau harus terdaftar pada Lembaran Negara. Misalnya: lembaga-lembaga pemerintahan, yayasan-yayasan, dan perusahaan-perusahaan yang berbadan hukum.

b.    Organisasi Tidak Resmi, adalah organisasi yang tidak ada hubungannya dengan pemerintah dan atau tidak terdaftar Pada Lembaran Negara, seperti organisasi-organisasi swasta; mungkin juga suatu organisasi yang dibentuk oleh pemerintah, tetapi organisasi ini merupakan unit-unit yang sifatnya swasta. Misalnya: Klub Bola Voli, Klub Sepak Bola, Group Kesenian, Organisasi pendaki gunung, Kelompok belajar dan lain-lainnya.

3.  Berdasarkan Skala (Ukuran) Besar-Kecilnya

a.    Organisasi Besar;
b.    Organisasi Sedang (Menengah);
c.    Organisasi Kecil.

Tolok ukur (skala) besar-kecilnya organisasi ini sifatnya relatif, karena ditentukan oleh banyak faktor. Tetapi besar-kecilnya organisasi Perlu diketahui, karena akan mempengaruhi pilihan manajemen yang akan diterapkan.

4. Berdasarkan Tujuannya

a.    Public Organization (organisasi sosial), adalah organisasi yang (nonprofit) yang tujuan utamanya untuk melayani kepentingan umum/ tanpa perhitungan rugi-laba. Tujuannya adalah memberikan pelayanan dan bukan memperoleh laba (nonprofit motive). Misalnya: Pemerintah, yayasan-yayasan sosial dan lain-lainnya.
b.    Business Organization (organisasi perusahaan) adalah organisasi yang didirikan untuk tujuan komersial (mendapatkan laba) dan semua tindakannva selalu bermotifkan laba (profit motive). Jika organisasi perusahaan tidak memberikan laba/keuntungan lagi, maka tidak rasional untuk melanjutkannya lagi. Dilihat dari bidang usaha organisasi perusahaan ini dikenal perusahaan perusahaan produksi, perdagangan dan pemberi jasa. Dilihat dari sudut hukum dibedakan perusahaan perseorangan (single proprietorship), dan perusahaan milik bersama (partnership). Misalnya: "Firma, CV, PT, Koperasi dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)."

5.  Berdasarkan organization Chart/Bagan Organisasinya

a.    Berbentuk segitiga vertikal;
b.    Berbentuk segitiga horizontal;
c.    Berbentuk kerucut vertikal /horizontal;
d.    Berbentuk lingkaran dan atau setengah lingkaran;
e.    Berbentuk bulat telor

1.     Organization Chart (bagan organisasi) adalah suatu bentuk diagramatis yang menunjukkan aspek-aspek penting suatu organisasi, meliputi fungsi-fungsi utama dan hubungannya masing-masing, saluran pengendalian, wewenang dan pendelegasian wewenang dari masing-masing karyawan yang diserahi tugas.

2.    Master chart (bagan induk) adalahbagan/skema yang menunjukkan seluruh struktur organisasi.

3.    Suplementary chart (baganpelengkap) adalah menggambarkan bagian-bagian/komponen-komponen yang secara eksklusif serta memberikan lebih banyak detail, seperti hubungan wewenang dan tugas-tugas dalam bidang masing-masing.

4.    Organization Manual (pedoman pelengkap) adalah detail-detail tambahan yang disediakan untuk melengkapi keterangan-keterangan yang ditunjukkan oleh bagan organisasi.

5.    Organization Chartand Manuals (bagan dan pedoman organisasi) adalah alat bagi Para manajer, karena membantu untuk mendapatkan suatu tindakan manajerial yang baik; tetapi alat itu sendiri (chart and manual) tidak merupakan "managerial action”.

6.    Berdasarkan Tipe-tipe/ Bentuknya
1.        Organisasi Lini
2.        Organisasi Lini dan Staf
3.        Organisasi Fungsional
4.        Organisasi Lini, Staf dan Fungsional
5.        Organisasi Komite

2.3.1 Faktor-Faktor Yang dapat Meningkatkan Kohesivitas
Kesamaan nilai dan tujuan.
Kohesivitas akan terjadi bila anggota kelompok memiliki sikap, nilai dan tujuan yang sama.
a.    Keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan yang penting dapat meningkatkan kesatuan kelompok, kepuasan antar anggota kelompok dan membuat kelompok menjadi lebih menarik bagi anggotanya.
b.    Status kelompok.
Kelompok yang memiliki status atau kedudukan yang lebih tinggi lebih menarik bagi para anggotanya.
c.    Penyelesaian perbedaan.
Jika terjadi perbedaan tentang suatu masalah penting yang terjadi dalam kelompok, maka diperlukan penyelesaian yang dapat memuaskan semua anggota.
d.    Kecocokan terhadap norma-norma.
Norma membantu dan mempermudah dalam meramalkan dan mengendalikan perilaku yang terjadi dalam kelompok.
e.    Daya tarik pribadi.
Kohesivitas atau kepaduan akan meningkat jika terdapat adanya daya tarik dari para anggota yaitu adanya kepercayaan timbal balik dan saling memberikan dukungan. Daya tarik ini berfungsi untuk mengatasi hambatan dalam mencapai tujuan.
f.     Persaingan antar kelompok.
Persaingan antar kelompok yang terjadi dapat menyebabkan anggota kelompok lebih erat dan bersatu dalam melakukan aktivitasnya.
g.    Pengakuan dan penghargaan.
Jika suatu kelompok berprestasi dengan baik kemudian mendapat pengakuan dan penghargaan dari pimpinan, maka dapat meningkatkan kebanggaan dan kesetian dari anggota kelompok.
h.    Pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok.
Ketika anggota kelompok tidak menarik antara satu sama lainnya atau kurang kepercayaan di antara mereka atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dapat menurunkan adanya tingkat kepaduan.
i.      Persaingan intern antar anggota kelompok.
Persaingan intern anggota kelompok menyebabkan adanya konflik, permusuhan dan mendorong adanya perpecahan di antara anggota kelompok.
j.      Dominasi.
Jika satu atau lebih anggota kelompok mendominasi kelompok atau karena sifat kepribadian tertentu yang cenderung tidak senang berinteraksi dengan anggota kelompok maka kepaduan atau kohesivitas tidak akan berkembang. Prilaku seperti itu akan menimbulkan terjadinya klik-klikdalam kelompok yang dapat menurunkan tingkat kepaduan.
2.3.2 Faktor-faktor yang dapat menurunkan tingkat kohesivitas/kepaduan.
Adanya sejumlah faktor yang dapat menurunkan adanya kohesivitas, seperti adanya ketidaksamaan tentang tujuan, besarnya kelompok, pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok dan dominasi.
a.    Ketidaksamaan tentang tujuan.
Ketidaksamaan pandangan tentang tujuan dari para anggota kelompok dapat menimbulkan adanya konflik. Bila konflik yang terjadi tuidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan adanya penurunan tingkat kepaduan.
b.    Besarnya anggota kelompok.
Sejalan dengan bertambah besarnya kelompok, maka frekuensi interaksi di antara anggota kelompok akan menurun.Dengan demikian dapat menurunkan tingkat kepaduan.
2.3.3 Tipe Kepemimpinan dalam organisasi
G.R Terry (dalam Hasibuan 1960:443) sebagai salah seorang pengembang ilmu manjemen mengemukakan tipe kepemimpinan sebagai berikut :
1.   Kepemimpinan Pribadi
Seorang manajer dalam melaksanakan tindakannya selalu dilakukan dengan cara kontak pribadi. Intruksi disampaikan secara oral ataupun langsung pribadi disampaikan oleh manajer yang bersangkutan. Tipe kepemimpinan ini sering dianut oleh perusahaan kecil karena kompleksitas bawahan maupun kegiatannya sangatlah kecil. Akibatnya, pelaksanaannya selain mudah juga sangat efektif dan memang biasa dilakukan tanpa mengalami prosedural yang berbelit.
2.   Kepemimpinan Nonpribadi
Segala peraturan dan kebijakan yang berlaku pada perusahaan melalui bawahannya atau menggunakan media nonpribadi, baik rencana, intruksi, maupun program penyeliaannya. Pada tipe ini, program pendelegasian kekuasaan sangatlah berperan dan harus diaplikasikan.
3.   Kepemimpinan Otoriter
Manajer yang bertipe otoriter biasanya bekerja secara sungguh-sugguh, teliti, dan cermat. Manajer bekerja menurut peraturan dan kebijakan yang berlaku dengan ketat. Meskipun agak kaku dan segala instruksinya harus dipatuhi oleh para bawahan, para bawahan tidak berhak mengomentarinya. Karena manajer beranggapan bahwa dialah yang berhak sebagai pengemudi yang akan bertanggung jawab atas segala kompleksitas organisasi.
4.   Kepemimpinan Demokratis
Pada kepemimpinan yang demokratis, manajer beranggapan bahwa ia merupakan bagian integral yang sama sebagai elemen perusahaan dan secara bersamaan seluruh elemen tersebut bertanggung jawab terhadap perusahaan. Oleh karen itu, agar seluruh bawahan merasa bertanggung jawab maka mereka harus berpartisipasi dalam setiap aktivitas perencanaan, evaluasi dan penyeliaan. Setiap individu bawahan merupakan potensi yang berharga dalam usaha merealisasikan tujuan.
5.   Kepemimpinan Paternalistik
Kepemimpinan yang paternalistik dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan antara manajer dengan perusahaan. Tujuannya adalah untuk melindungi dan memberikan arah, tindakan dan perilaku ibarat peran seorang bapak kepada anaknya.
6.   Kepemimpinan Menurut Bakat
Tipe kepemimpinan menurut bakat biasanya muncul dari kelompok informal yang didapatkan dari pelatihan meskipun tidak langsung. Dengan adanya sistem persaingan, dapat menimbulkan perebedaan pendapat yang seru dari kelompok yang bersangkutan. Biasanya akan muncul pemimpin yang memiliki kelemahan diantara mereka yang ada dalam kelompok tersebut menurut keahliannya dimana ia terlibat di dalamnya. Pada situasi ini peran bakat sangat menonjol, sebagai dampak pembawaan sejak lahir dan mungkin disebabkan adanya faktor keturunan.

2.4  Pengarahan
Pengarahan adalah seseorang yang memberikan arahan kepada anggota, pengarahan biasa di lakukan pemimpin
2.4.1 Tujuan pengarahan
Sama halnya dengan langakah setiap orang dalam kehidupannya, pengarahan pun dioperasikan memiliki tujuan tertentu. Dalam setiap system tertentu, pengarahan tidak mungkin sama tujuannya dengan system lain. Kendatipun sama jangka waktu, prosedur, maupun motodenya tidak mungkin sama. Hampir setiap manajer mengoprasikan fungsi pengarahan dengan menekankan pada keluaran yang mungkin dihasilkan sekaligus mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.

Secara umum tujuan pengarahan yang ingin dicapai pada setiap system perusahaan maupun organisasi adalah sebagai berikut:
1. Menjamin kontinutas perencanaan.
2. Membudayakan prosedur standar.
3. Menghindari kemankiran yang tak berarti.
4. Membina disiplin kerja.
5. Membina motivasi yang terarah.

2.4.2 Peran komunikasi dalam pengarahan
Suatu komunikasi dapat diberikan beberapa batasan. Salah satu batasan umum dan seringkali berlaku pada berapa system organisasi adalah proses penyampaiyan informasi atau pengertian dari pengirim pesan keada penerima dengan menggunakan tanda atau symbol yang sama, baik bersifat oral maupun bukan oral. Dalam hubungannya dengan struktur organisasi, infofmasi dapat mengalir vertical, horizontal, maupun diagonal.
1.    System Komunikasi Vertical
System komunikasi vertical terjadi dari atas maupun bawah. Komunikasi dari atas terjadi manakala manajer mengadakan komunikasi dengan para bawahannya dari jenjang hierarki yang lebih tinggi kejenjang yang lebih rendah. Sebaliknya, komunikasi dari bawah terjadi manakala bawahan mengadakan kontak lisan maupun tertulis dengan manajer, atau juga dapat terjadi antara manajer pertama dengan manajer menegah dan seterusnya.
2.    System Komunikasi Horizontal
Komunikasi ini terjalin antar Departemen, unit dan bagian dalam satu heararki organisasi.
3.    System Komunikasi Diagonal.
Komunikasi ini sebenarnya merupakan jalur komunikasi yang penggunanya amat langka. Akan tetapi dalam kondisi tertentu sebenarnya amat penting, khususnya apabila para bawahan tidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui media lainya. Misalnya, penyila keuangan bermaksud menyusun analisis biaya distribusi. Ketiga system komunikasi diatas banyak bergantung pada delapan elemen penting yang harus selalu ada untuk menghasilkan komunikasi yang efektif, kedelapan elemen pokok :

a.    Pengirim
Adalah seorang yang memiliki informasi kebutuhan atau keinginan, dan sebuah maksud untuk disampaikan kepada satu atau orang lain.
b.    Penyandian
Ini berlangsung manakala pengirim menerjemahkan informasi yang akan dikirim kedalam serangkaiyan symbol. Hal ini dipandang perlu karena informasi hanya dapat ditransfer dari satu orang kepada orang lain melalui gambaran atau symbol.
c.    Pesan
Adalah bentuk fisik ketika pengirim menyediakan informasi. Dengan kata lain pesan adalah sesuatu yng ingin disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.
d.    Saluran
Adalah media pengirim dari satu orang ke orang lain
e.    Penerima
Adalah orang yang indranya menagkap pesan pengirim.
f.     Pengurai sandi
Adalah proses penerima menafsirkan pesan dan menerjemahkannya kedalam informasi yang bermakna.
g.    Gaduh
Adalah satu factor yang mengacaukan, membingungkan atau mengganggu komunikasi. Gangguan tersebut dapat bersifat intrn misalnya apabila seorang penerima tidak memberikan perhatian, atau ekstrn misalnya bila pesan tersebut diganggu oleh bunyi lain dalam lingkungan.
h.    Umpan balik
Adalah suatu perbalikan proses komunikasi ketika reaksi terhadap komunikasi pengirim dinyatakan. Umpan balik organisasi dapat tampil dalam berbagai bentuk yang berkisar dari uman balik langsung, misalnya pernyataan lisan yang sederhana bahwa pesan telah diterima, sampai dengan umpan balik tidak langsung, yang dinyatakan melalui tindakan atau dokumentasi. Schramm dan Roberts (Siswanto-2011:115) menampilkan apa yang disebut the condition of succes in communicattion. Artinya kondisi yang harus dipenuhi, agar pesan mendapat respons yang sesuai

2.4.3 Fungsi Pengarahan
Pokok-pokok masalah yang dipelajari pada fungsi pengarahan (dalam Hasibuan 2011:222) :
  1. Tingkah laku manusia
  2. Hubungan manusiawi (human relations) adalah hubungan antara orang-orang yang dilakukan dalam suatu organisasi.
  3. Komunikasi
  4. Kepemimpinan

1.    Tingkah laku Manusia
Para penulis yang mengemukakan tingkah laku manusia, yaitu:
a.    Elton Mayo dan fritz Roethlisberger dengan teorinya human Science Theory
b.    Douglas McGregor dengan teori X dan Y
c.    D. Yung dengan teori introvert, extrovert, dan ambivertnya
d.    Robert Owen dan Andrew Uro dengan Heredity dan Environment-nya.
e.    Clare W. Graves, dengan tipe-tipe tingkah laku manusia.
f.     Dr. Toshitaka Nomi, dengan teori golongan darah

2.    Hubungan manusiawi adalah hubungan antara orang-orang yang dilakukan dalam suatu organisasi. Jadi bukan dalam arti kekeluargaan. Dalam kehidupan berkelompok atau organisasi ini harus didasarkan atas kebutuhan, kepentingan, hormat menghormati, saling membutuhkan dan kerja sama diantara semua pihak untuk mencapai tujuan. Kerja sama ini akan tercipta dan terbina dengan baik, jika ada pengertian kebersamaan, saling menguntungkan dan adanya kesediaan mengorbankan sebagian daro kepentingannya masing-masing. Jadi hubungan manusiawi atau social ini tercipta dan terbina dengan baik, bila dilakukan secara manusiawi, saling membutuhkan, saling menguntungkan, hormat menghormati, cinta mencintai dan bekerja sama untuk mencapai tujuan.










BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Empat fungsi manajemen ini sangat penting untuk diketahui agar ketika suatu organisasi yang akan di atur oleh seorang manajer bisa lebih teratur, tersusun rapi dengan adanya empat fungsi ini. kita tidak perlu memperdebatkan pembagian fungsi-fungsi manajemen tersebut. Yang lebih penting, kita perlu ketahui pengertian fungsi-fungsi dan aktivitas yang harus dilakukan pada setiap fungsi-fungsi damental itu.
Dalam prakteknya pembagian fungsi fundamental itu tidak dapat dibedakan secara tajam dan tegas, karena setiap menejer (top manager, midlle manager, dan lower manager), dalam usaha atau aktivitas-aktivitasnya. Untuk mencapai tujuan harus melaksanakan semua fungsi tersebut, hanya sekop dan penekananya yang berbeda-beda. Setiap manager dalam pelaksanaan tugasnya, aktivitasnya dan kepemimpinannya untuk mencapai tujuan harus melakukan “perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian”dengan baik.
Sama halnya dengan langakah setiap orang dalam kehidupannya, pengarahan pun dioperasikan memiliki tujuan tertentu. Dalam setiap system tertentu, pengarahan tidak mungkin sama tujuannya dengan system lain. Kendatipun sama jangka waktu, prosedur, maupun motodenya tidak mungkin sama. Hampir setiap manajer mengoprasikan fungsi pengarahan dengan menekankan pada keluaran yang mungkin dihasilkan sekaligus mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.

3.2  Saran
Saran saya agar pembaca makalah agar lebih memperhatikan makalah ini karena dapat membantu dalam hal manajemen atau bahkan dan suatu kegiatan sehari-hari
22
 

 

 




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Kepemimpinan (http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan) tanggal 1 mei 2013
Anoraga, Pandji. 2011. Pengantar Bisnis. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Gitosudarmo, indriyo. 2012. Perilaku organisasi. Yogyakarta: Fakultas ekonomi dan bisnis UGM
Hasibuan, Malayu S.P., Haji. 2011. Manajemen dasar, pengertian, dan masalah, cetakan ke-9, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ikubaru. 2013. Funsi Manajemen (http://ikubarunovryan.blogspot.com/2013/02/fungsi-manajemen_12.html) tanggal akses 2 mei 2013
Sabardi. 2001. Manajemen Pengantar. Bandung: PT Bumi Aksara
Siswanto, B. 2011. Pengantar manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sudita, nyoman. 2012. Perilaku organisasi. Yogyakarta: Fakultas ekonomi dan bisnis UGM
Surya. 2011. Fungsi Fungsi Manajemen (http://suryaerlangga.com/fungsi-fungsi-manajemen.html) diakses 20 mei 2013